Rabu, 08 April 2015

KARAKTERISTIK MAHASISWA IDEAL


Karakteristik Mahasiswa yang Ideal
Mahasiswa yang ideal hendaknya memiliki, mengemban, dan mampu mengembangkan 16 karakter. Keenam belas karakteristik tersebut adalah : (1) rajin belajar, (2) inisiatif, (3) menjaga kebersihan, (4) kreatif, (5) banyak membaca, (6) organisatoris, (7) bertakwa, (8) disiplin, (9) idealisme, (10) aktif di kelas, (11) berpenapilan sederhana, (12) produktif, (13) bersemangat, (14) sabar, (15) tekun, dan (16) cermat.
Pertama, karakteristik mahasiswa idel yang pertama  adalah rajin belajar. Mahasiswa yang rajin belajar dapat dilihat dari seringnya ia mengulang-ulang  pelajaran yang telah diperolehnya saat perkuliahan. Biasanya mahasiswa mengulang pelajaran yang dirasanya sulit atau kurang dipahami pada saat kuliah. Namun, jika ia masih menemukan kesulitan, mahasiswa tersebut akan terus berusaha mencari sumber lain yang dapat dijadikannya sebagai pedoman bacaan sebelum menenyakan hal tersebut kepada dosen yang bersangkutan.
Kedua, karakteristik yang kedua, yaitu inisiatif. Mahasiswa yang ideal hendaknya memiliki sikap inisiatif. Inisiatif disini maksudnya adalah berkemauan keras untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, baik yang diperoleh dari dosen, maupun sumber lain   untuk akhirnya mencapai apa yang diimpikan. Untuk mencapai hal tersebut, tidaklah mudah, mahasiswa harus memiliki kemauan lebih dalam belajar.  Contohnya, sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa telah membaca bahan-bahan materi yang akan dibahas walaupun materi tersebut akan dijelaskan oleh dosen nantinya.
Ketiga, mahasiswa yang ideal harusnya bisa menjaga kebersihan. Mahasiswa harus sadar akan kebersihan, baik itu kebersihan diri sendiri maupun kebersihan lingkungan. Kebersihan  tersebut akan mempengaruhi dua faktor, yaitu kenyaman dan kesehatan. Jika mahasiswa tersebut tidak menjaga kebersihan, tentu ia akan merasa tidak  nyaman untuk belajar  dan melakukan kegiatan lainnya. Begitu juga pengaruhnya pada kesehatan, mahasiswa itu tidak menjaga kebesihan lingkungan, terutama kebersihan diri sendiri, maka akan berdampak buruk terhadap kesehatannya. Jika kesehatan sudah terganggu, aktivitas yang ingin dilakukan tidak dapat berjalan sesuai rencana bahkan gagal terlaksana. Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa menjaga kebersihan, hal itu dapat diwujudkan salah satunya, yaitu  dengan tidak membuang sampah sembarangan.
 Keempat, Mahasiswa itu kreatif. Mahasiswa yang kreatif tentu selalu berusaha menciptakan hal-hal baru dan mencoba alternatif baru dalam belajarnya. Contohnya dengan membuat game-game pada pelajaran yang terasa membosankan pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga proses perkuliahan tidak berjalan monoton.
Kelima, Seorang mahasiswa ideal, hendaknya memiliki karakteristik yaitu banyak membaca. Mahasiswa yang ideal lebih banyak memanfaatkan waktunya untuk membaca. Baik itu membaca buku pelajaran, membaca koran, majalah, novel, cerpen semua ada manfaatnya. Dengan membaca buku pelajaran, mahasiswa akan mendapatkan ilmu pengetahuan, membaca koran dan majalah mahasiswa akan mendapatkan informasi terbaru seputar kehidupan, dan jika membaca novel an cerpen, akan mendapatkan hiburan dan pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam hidup. Oleh karena itu, membaca haruslah dijadikan kebiasaan rutin oleh seorang mahasiswa.
Keenam, yaitu organisatoris. Selain memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran, mahasiswa juga sebaiknya mengikuti suatu organisasi, baik itu organisasi di dalam maupun di luar kampus. Salah satu tujuan mengikuti kegiatan  organisasi tersebut, yaitu mahasiswa dapat belajar bagaimana bersosialisasi yang baik dengan orang lain. Intinya disini, mahasiswa harus pandai berhubungan baik. Keterampilan tersebut sangat diperlukan nantinya pada saat mahasiswa sudah terjun dalam masyarakat maupun masuk dunia kerja. Namun, mahasiswa yang mengikuti organisasi juga harus pandai mengatur waktu antara berorganisasi dengan waktu untuk belajar sehingga tidak meninggalkan kegiatan wajib sebagai seorang mahasiswa.
Ketujuh, Mahasiswa tidak hanya sibuk menuntut ilmu dunia, tetapi juga harus bertakwa. Gunanya untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat. Praktiknya dapat diwujudkan dengan rajin shalat karena shalat merupakan tiang agama. Setelah itu, baru diikuti dengan amalan yang lainnya, seperi zakat, sedekah, puasa. Dengan demikian, akan memudahkan jalan hidup di dunia karena semua yang kita lakukan semuanya Allah yang menentukan. Ciri yang ketujuh inilah yang harus ditanamkan dalam diri mahasiswa sebelum ciri lainnya dilaksanakan untuk menjadi mahasiswa yang ideal.
Kedelapan, karakteristik mahasiswa ideal yang kedelapan, yaitu disiplin. Disiplin  merupakan ciri dari kesuksesan. Salah satunya adalah disiplin dengan waktu. Disiplin waktu dapat dimulai dari diri sendiri, seperti datang ke kampus tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, dan menaati aturan kampus. Dengan disiplin diri sendiri berarti mahasiswa belajar mengatur dirinya sebelum nantinya ia akan mengatur orang lain. Jadi, mahasiswa dapat teratur melakukan kegiatan dalam kesehariannya.
Kesembilan, mahasiswa yang ideal hendaknya disiplin. Mahasiswa bersikap idealism maksudnya adalah mahasiswa yang pandai membagi waktu, sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengatur  jadwal, seperti menuliskannya pada kertas mengenai jadwal kegiatan yang akan dilakukan dalam satu hari sehingga mahasiswa sudah memiliki pedoman kegiatan.
Kesepuluh,Karakteristik seorang mahasiswa ideal berikutnya, yaitu mahasiswa yang aktif di kelas. keaktifan di dalam kelas dapat diwujudkan dengan aktif bertanya kepada dosen tentang hal-hal yang kurang ia mengerti saat proses pembelajaran. Selain itu, mahasiswa juga aktif mengajukan pendapat-pendapatnya, ide-ide, dan gagasan baik saat proses pembelajaran mapun situasi diskusi di dalam kelas. Mahasiswa yang aktif dalam kelas memiliki nilai yang lebih baik di mata dosen maupun di mata teman-teman yang lain.
Kesebelas, karakteristik yang kesebelas adalah berpenampilan sederhana. Penampilan juga harus diperhatikan oleh seorang mahasiswa. Ini menjadi ciri kesebelas mahasiswa ideal. Sederhana maksudnya disini adalah berpakaian layaknya mahasiswa, berpakaian tidak glamour seperti orang mau pergi ke pesta ataupun berpakaian seperti orang yang pergi ke acara festival. Melainkan berpakaian yang sepantasnya sebagai seorang mahasiswa, bagi wanita memakai baju yang sopan, untuk yang muslim memakai jilbab dan pria berpakaian kemeja dan memakai celana panjang. Dengan begitu, kesederhanaan tersebut dapat terlihat karena penampilan akan menunjukkan identitas atau kepribadian kita sebagai seorang mahasiswa.
Kedua belas, karakteristik kedua belas, yaitu produktif. Seiring perkembangan zaman,  mahasiswa selalu berusaha menciptakan hal-hal baru. Mahasiswa yang produktif  berusaha menciptakan sesuatu  yang menarik perhatian masyarakat dan dapat  bermanfaat  bagi dirinya sendiri maupun masyarakat.
Ketiga belas, Sikap mudah putus asa hendaknya dihindari oleh mahasiswa. Hendaknya jika menghadapi suatu rintangan atau masalah yang sedang dihadapinya, ia akan tetap semangat. Jika ia mengalami kegagalan, ia tidak mundur, ia akan berusaha bangkit dan mencobanya lagi dengan mencari tau letak kesalahannya dan memperbaikinya. Salah satu contohnya, ketika mahasiswa mendapatkan nilai UTS (Ujian Akhir Semester) rendah ataupun tidak lulus dalam mata kuliah tersebut, ia akan berusaha lagi lebih baik untuk berikutnya.
Keempat belas, karakteristik keempat belas, yaitu sabar. Kesabaran harus ditanamkan dalam diri mahasiswa. Karena untuk mencapai sesuatu, pasti seseorang menemui hambatan-hambatan. Mahasiswa yang ingin mencapai apa yang ia inginkan, akan selalu sabar menghadapi rintangan yang menghalanginya sampai ke puncak kesuksesannya. Ia selalu berusaha tersenyum jika ada yang mencemooh dan mencibirkan ia jadikan motifasi untuk maju. Rintangan-rintangan yang dihadapi, dapat dijadikannya sebagai tantangan untuk sampai ke tujuan.
Kelima belas, karakteristik mahasiswa ideal selanjutnya, yaitu tekun. Ketekunan  juga sangat dianjurkan untuk menjadi mahasiswa yang ideal. Sikap tekun dapat dicontohkan ketika ia sudah menetapkan suatu pilihan maka ia akan sungguh-sungguh menekuninya. Ketekunan dapat diwujudkan dengan giat belajar dan hari-harinya selalu diiringi dengan hal-hal yang bermanfaat. Dengan demikian, mahasiswa akan mudah sampai pada apa yang di cita-citakannya.
Keenam belas, karakteristik mahasiswa idel yang terakhir adalah cermat. Karakteristik terakhir ini harus dimiliki untuk menjadi mahasiswa yang ideal, yaitu memiliki sikap cermat. Sikap cermat hendaknya diterapkan dalam hal apapun. Gunanya agar mahasiswa tidak salah dalam menentukan keputusan ataupun dalam membuat kegiatan. Mahasiswa harus cermat dalam berpikir, berbicara, bertindak. Ketiga hal tersebut saling berhubungan. Jika tidak cermat berpikir maka akan terdapat kesalahan dalam berbicara, dan akhirnya akan salah bertindak.
Setelah dijelaskan tentang 16 (enam belas) karakter mahasiswa ideal di atas, mahasiswa dapat mengetahui dan menjadikannya sebagai pedoman untuk menjadi mahasiswa yang ideal. Jika mahasiswa telah memenuhi keenam belas karakter tersebut, barulah seorang mahasiswa bisa dapat dikatan sebagai mahasiswa yang ideal.

SEKIAN

















   














BENTUK-BENTUK TULISAN JURNALISTIK


A.   PENDAHULUAN

Pada bagian ini, penulis  membahas dan menjelaskan materi Jurnalistik yang berjudul “Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik”. Pada penulisan laporan ini, penulis menggunakan beberapa buku, diantaranya buku “Teknik Jurnalistik”, “Kiat-Kiat Menulis”, dan buku yang berjudul “Pengantar Jurnalistik”. Namun, dalam penulisan ini penulis lebih merujuk pada buku “Teknik Jurnalistik” karangan Padmono, SK, sebagai pedoman dalam penulisan  makalah.
Secara garis besar, makalah ini berisi tentang bentuk-bentuk tulisan jurnalistik. Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik dalam buku Padmono SK antara lain adalah berita, artikel, tajuk rencana, kolom, dan reportase.  Masing-masing bentuk tersebut menjelaskan pengertian, struktur penulisannya, cara penulisan, serta sebagian jenisnya menjelaskan tentang  jenis-jenis bentuk tulisan tersebut.


B.   Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik
Padmono membagi bentuk-bentuk tulisan jurnalistik menjadi lima, diantaranya adalah : (1) berita, (2) reportase atau laporan, (3) feature, (4) artikel, dan (5) kolom. Penjelasan masing-masingnya adalah sebagai berikut.
1.      Berita atau straight news
Tulisan ini berisi laporan langsung yang hanya memuat fakta kejadian dan surat dengan informasi. Sifat tulisan ini padat, lugas, singkat, jelas, dan memenuhi unsur  5W+1H.
Berbeda dengan kaidah tulisan yang lain yang isinya dimulai dari yang tidak penting menuju ke klimaks, berita dimulai dengan fakta yang paling penting. Selain itu, isi berita merupakan fakta peristiwa yang benilai berita (news value), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Oleh karena itu, penulisannya tidak mencampuradukkan fakta dengan opini dan sifatnya beribang.
Struktur berita dikenal dengan piramida terbalik. Semakin ke bawah tulisan itu, isi atau informasi yang disajikan semakin tidak penting. Alasan penulisan seperti itu untuk memudahkan penyuntingan atau pembuangan informasi yang tidak penting karena keterbatasan kolom yang tersedia di surat kabar dan majalah. Cara menuliskan berita dimulai dengan teras berita. Teras ini merupakan bagian terpenting  dari seluruh berita karena ia memuat unsur 5W+1H. Kelima W itu ialah what (apa), who (siapa), where  (dimana), when (kapan),  why (mengapa) dan how (bagaimana).
Jenis-jenis teras itu ditulis sesuai dengan kebutuhan. Bagi masyarakat, sering kali jenis teras yang mengungkapkan apa dari suatu kejadian lebih menarik dibandingkan dengan jenis teras lainnya, tetapi untuk mengungkapkan suatu kejadian, siapa yang mengungkapkan jauh lebih menarik daripada apa yang diungkapkannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penulis berita dalam penulisan adalah date-line. Penulisan date-line mengikuti aturan masing-masing pada surat kabar. Penulisan date-line didasarkan pada tempat ditulisnya berita tersebut.

2.      Laporan atau reportase
Laporan adalah bentuk berita yang dikembangkan lebih luas, lengkap, dan terinci mengenai suatu peristiwa. Tulisan ini didasarkan atas pengamatan langsung atau keterangan orang lain. Oleh karena laporan harus tetap berpatokan pada 5W+1H dan dilengkapi dengan suasana yang penuh warna atau nuansa.
Dalam sebuah laporan, semua yang dilihat dapat dilaporkan sehingga pembaca mendapat gambaran yang benar-benar utuh mengenai peristiwa tersebut. Namun, yang perlu dihindari  dalam penulisan laporan tersebut adalah penulis atau wartawan tidak boleh memasukkan opininya dalam laporan tersebut.
Cara penulisan laporan pun tidak berbeda dengan tulisan lainnya, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan ,dan kemudian penutup.



3.      Feature
Bentuk tulisan feature atau tuturan lebih lengkap  dan terinci dibandingkan dengan laporan atau berita. Kelengkapan feture terletak pada bumbu imajinasi penulisnya. Dalam hal ini, opini penulis dapat dikembangkan dan diramu dengan fakta yang disajikan sehingga tulisannya menjadi menarik dan berisi. Ia juga bisa berbentuk sindiran. Teknik penulisannya pun tidak berbeda dengan penulisan umum, yaitu diawali dengan  pendahuluan, pengembangan dan ditutup dengan kesimpulan.
Feature memiliki enam jenis. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai ke enam jenis feature. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
a.       Feature Minat Insani (Human Interest Feature)
Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air mata khalayak. Human interest  termasuk yang paling efektif dalam menyentuh wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Human interest  tak hanya berhubungan dengan manusia. Dunia flora dan fauna pun termasuk di dalamnya.

b.      Feature Sejarah (Hystorycal Feature)
Feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak.

c.       Feature biografi (Biografical Feature)
Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat,public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban manusia, senantiasa mendapat tempat yang terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia.



d.      Feature Perjalanan (Travelogue Feature)
Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, disebut feature perjalanan. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang bersama kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peniggalan sejarah. Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora, dan fauna.

e.       Feature Petunjuk Praktis (How To Do Feature)
Feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu disebut feature petunjuk praktis atau how to do.

f.       Feature Ilmiah (Scientific Feature)
Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI di Jepang, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Feature ilmiah biasanya lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah.

Feature memiliki lima ciri-ciri. Pertama, Feature  (karangan khas) adalah laporan jurnalistik bergaya sastra (gaya penulisan karya fiksi seperti cerpen) yang menuturkan peristiwa. Kedua, Isinya penonjolan segi (angle) tertentu dalam sebuah peristiwa, biasanya unsur yang mengandung segi human interest, yakni memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi, keharuan, simpati, kegembiraan, atau bahkan amarah atau kejengkelan. Ketiga, Mengedepankan unsur hiburan ketimbang informasi. Keempat, Biasanya menggunakan “kata berona” (colorful word) untuk menambah daya tulisan. Kelima, Jenis-jenis feature antara lain feature berita (news feature), feature artikel (article feature), tips (how to do it feature), feature biografi, feature perjalanan atau petualangan (catatan perjalanan), dan sebagainya.

4.      Tajuk Rencana atau Editoral
Bentuk tulisan ini merupakan ulasan mengenai sesuatu hal yang penuh makna. Ulasan tersebut merupakan kajian intelektual yang dilakukan secara intens sehingga mengarah pada suatu kesimpulan yang mengarahkan pembaca untuk memahami permasalahannya. Dengan demikian, editoral merupakan pendapat redaksi surat kabar atau majalah.
Ciri-ciri tajuk rencana biasanya berisi: pertama, opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, baik itu aspek social, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olahraga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya. Kedua, ulasan tentang suatu masalah yang dimuat. Ketiga, topik yang ditulis dalam tajuk rencana berskala nasional maupun internasional. Keempat, tertuang pikiran subjektif redaksi yang terkait erat dengan kebijakan media yang bersangkutan. Kelima, ditulis secara berkala, bergantung dari jenis terbitan medianya, bisa harian, atau mingguan, atau dua mingguan, dan bulanan.
Untuk menuliskan tajuk rencana, seseorang wartawan yang ditugasi untuk menulisnya harus mempunyai wawasan yang luas. Tidak semua kejadian dapat diangkat menjadi pokok masalah yang layak dibahas oleh redaksi. Salah satu ukuran untuk mengangkat persoalan dalam tajuk rencana ialah adanya aspek khusus yang menonjol yang terkait dengan kepentingan umum atau bangsa.
Teknik penulisan tajuk rencana sama seperti teknik penulisan umum. Ada bagian pendahuluan, pembahasan, dan penutup atau kesimpulan. Pendahuluan itu biasanya dimulai dengan titik tolak kejadian yang aktual. Tajuk rencana ditutup dengan kesimpulan yang mencerminkan pendapat penulisnya. Tidak dapat dibantah, pendapat itu menjadi hak redaksi.
Suatu tajuk rencana yang baik tidak hanya melontarkan kritik, tetapi memberikan jalan keluar mengenai suatu masalah atau memberikan alternatif. Hal tersebut berarti penulis tajuk senantiasa harus berfikir positif dan kritis.


5.      Artikel
Tulisan yang berbentuk artikel itu seluruhnya bersisi opini. Kalaupun ada fakta yang disajikan oleh penulisnya, itu hanya merupakan dukungan terhadap opini yang dikemukakannya dan  merupakan hasil pemikiran intelektual penulisnya.
Dalam menulis artikel, seorang penulis atau wartawan mendapat kebebasan yang penuh untuk mengembangkan pemikirannya, daya analisisnya terhadap suatu hal tanpa harus dibatasi dengan fakta yang sedang terjadi. Penting bagi penulis artikel adalah ia mampu untuk menyajikan gagasan secara sistematis dan dengan kajian-kajian yang logis.
Teknik menuliskan artikel sama dengan tulisan umum lainnya, yaitu dimulai dengan pendahuluan, pembahasan atau pengembangan, dan ditutup dengan kesimpulan. Untuk menuliskan artikel,  seseorang harus mendalami persoalan yang akan dipaparkannya, kaya dengan wawasan dan didukung dengan bahan bacaan yang cukup. Kalaupun gagasan yang dipaparkannya bukan gagasannya sendiri, tetapi gagasan orang lain, penulis harus mampu menguji pendapat tersebut secara kritis.

6.      Kolom
Sebenarnya  yang dimaksud dengan tulisan kolom dalam surat kabar atau majalah adalah artikel, tetapi ada kekhasan kolom jika dibandingkan dengan artikel. Tulisan-tulisan kolom selalu reflektif atau bersifat renungan. Tulisan dalam bentuk ini tidak sekedar berupa pergumulan intelektual, tetapi juga menyangkut emosi atau perasaan, spiritual bahkan kadang-kadang iman.
Dengan demikian, tulisan yang berbentuk kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk bercermin dengan tulisan itu, sehingga menarik kesimpulan sendiri. Tulisan berbentuk kolom  tidak pernah bertele-tele, tetapi singkat, lugas, dan menarik. Ia cenderung mengajak pembacanya untuk menertawakan sikap-sikap yang tidak wajar yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, sifatnya selau menyindir. Kalau  pun ia disarati dengan pesan yang berat, penulisannya selalu ringan dan lincah, kadang-kadang lucu.
Teknik menuliskan kolom tidak berbeda dengan penulisan artikel,  feature atau laporan, tetapi yang perlu diingat dalam menulis kolom, penulis harus benar-benar menguasai  masalahnya sehingga ungkapan-ungkapan, perumpamaan atau contoh yang dipaparkan benar-benar mendukung gagasan yang akan disajikan. Dalam hal ini, kedalaman berpikir seseorang akan menentukan baik tidaknya kolom yang ditulisnya. Itulah sebabnya di kalangan wartawan tidak banyak yang mampu menulis kolom dengan baik.
Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Kolom langsung berisi tubuh tulisan, yaitu berupa pengungkapan  pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja, bahkan dapat hanya satu kata saja. (Komidi 2007).
Umumnya kolom di muat pada hari-hari tertentu, misalnya Senin untuk olahraga, Selasa untuk kebudayaan dan kesenian, Rabu untuk politik luar dan dalam negeri atau seterusnya. Oleh karena hari pemuatanya tetap, maka lama kelamaan kolom itu juga mengarah pada spesialisasi isi. Banyak sedikitnya juga bergantung pada minat penulisnya sendiri, dan pada lingkungan sumber informasinya dan cara pengumpulan bahanya bisa sederhana dan juga bisa kompleks.

C.    PEMBAHASAN DISKUSI

Diskusi tentang “Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik” ini berjalan dengan cukup serius. Diskusi dipandu oleh Saudari Wirma sebagai moderator dan Saudara Cici Sriana putri sebagai penyaji. Oleh karena yang presentasi hanya dua orang, pembacaan materi dibagi menjadi dua bagian. Pertama oleh Saudari Cici dan kedua oleh moderator.  Moderator merangkap sebagai penyaji karena Harissa Yeri Oktiva, yang juga sebagai  penyaji berhalangan hadir.
Selanjutnya, setelah pembacaan materi selesai. Moderator membuka sesi pertama, yaitu sesi kritik dan saran. Namun, pada sesi ini anggota diskusi tidak ada yang menambahkan atau berkomentar,  baik itu tentang isi materi itu sendiri maupun tentang tampilan slide pada power point yang telah  dibuat. Oleh sebab itu, moderator membuka sesi kedua yaitu sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab ini moderator membuka tiga pertanyaan. Pertanyaan pertama, diberi kesempatan kepada Saudari Tri Wasillah, pertanyaannya, yaitu apakah maksud dari metodologi penelitian dan deviasi mesti bisa diuraikan dengan jelas?, selanjutnya pertanyaan dari Saudari Fatimah, pertanyaannya yaitu jelaskanlah jenis-jenis feature?, dan yang terakhir pertanyaan dari Saudari Dianni Novalia, yaitu jelaskan maksud dari tesis, premis, dan hipotesis pada tulisan ilmiah?.
Pertanyaan pertama dijawab oleh Saudari Cici. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Maksud dari metode pada penulisan tulisan ilmiah adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang peneliti  atau metode-metode apa saja yang digunakan oleh peneliti untuk tulisannya agar tulisannya memenuhi syarat sebagai tulisan ilmiah.
             Selanjutnya, pertanyaan saudari Siti dijawab oleh Saudari Wirma. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Menurut Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism (Assegaf, 1983:56), paling tidak terdapat enam jenis  feature yang dikenali sehari-hari: (1) feature minat insani (human interest feature), (2) feature sejarah (historycal feature),  (3) feature biografi (biografical feature), (4) feature perjalanan (travelogue feature), (5) feature yang mengajarkan suatu keahlian atau petunjuk (how to do feature), dan (6) feature ilmiah (scientific feature).

1.      Feature Minat Insani (Human Interest Feature)
Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air mata khalayak. Human interest feature termasuk yang paling efektif dalam menyentuh wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Human interest feature tak hanya berhubungan dengan manusia. Dunia flora dan fauna pun termasuk di dalamnya.

2.      Feature Sejarah (Hystorycal Feature)
Feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak.




3.      Feature Biografi (Biografical Feature)
Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat,  public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban manusia, senantiasa mendapat tempat yang terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia.

4.      Feature Perjalan (Travelogue Feature)
Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, disebut feature perjalanan. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang bersama kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peniggalan sejarah. Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora, dan fauna.

5.      Feature Petunjuk Praktis (How To Do Feature)
Feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu, disebut feature petunjuk praktis atau how to do.

6.      Feature Ilmiah (Scientific Feature)
Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI di Jepang, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Feature ilmiah biasanya lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah.




            Pertanyaan selanjutnya mengenai maksud dari tesis, premis, dan hipotesis dijawab oleh Saudari Cici. Penjelasannya, yaitu hipotesis itu sepengetahuan penulis adalah dugaan-dugaan sementara yang ada dalam pikiran peneliti untuk mengarah kepada kebenaran berdasarkan apa yang dilihat di lapangan.
            Setelah pertanyaan dijawab oleh penyaji, Ibu Dosen pembimbing, Dewi Anggraini, menambahkan penjelasan berupa tambahan dan sanggahan mengenai pertanyaan nomor tiga dan pertanyaan pertama. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
            Sebenarnya tulisan ilmiah yang dibahas oleh kelompok penyaji tidak termasuk ke dalam bentuk-bentuk tulisan jurnalistik. Bentuk tulisan ini di dalamnya menggunakan bahasa ilmiah yang tidak semua orang mengerti dengan bacaan tersebut sedangkan bahasa jurnalistik cenderung mudah dimengerti oleh pembaca. Namun, ada juga tulisan-tulisan ilmiah ini yang dimuat dalam surat kabar, tetapi kata-katanya diubah dan diolah lagi sehingga bahasanya mudah dimengerti seperti bahasa jurnalistik, namun kekurangannya, yaitu tidak semua orang membaca tulisan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan dan tulisan tersebut berhubungan dengan dunia kerjanya saja yang membacanya.
            Sehubungan dengan pertanyaan pertama tadi tentang metode, metode adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dan dituliskan dalam tulisannya. Begitu juga tesis, hipotesis, dn premis ini ditulis dalam tulisan ilmiah yang tidak termasuk dalam tulisan jurnalistik.
            Setelah semua pertanyaan terjawab, moderator membuka satu sesi pertanyaan lagi. Pertanyaan diajukan oleh Saudara Agung Permadi, yaitu jelaskan jenis-jenis dari pers releas? Namun, pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh penyaji dan pertanyaan diambil alih oleh Ibu Dewi Anggraini.
            Pears lereas ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Pears lereas ini tidak wartawan yang menuliskan beritanya, tetapi informasi dituliskan oleh sumber informasi atau informan itu sendiri. Dalam mendapatkan informasi, wartawan tidak mencari informasi, namun informan itu sendiri yang datang untuk memberikan informasi.
            Selanjutnya, diskusi diambil alih oleh  dosen pembimbing. Pertanyaan ini diajukan oleh Saudara M. Riski. Pertanyaannya, yaitu  apakah menurut penyaji apakah biografi itu termasuk feature atau profil? Pertanyaan tersebut dijelaskan oleh Ibu Dewi Anggraini. Penjelasannya, yaitu biografi itu memang termasuk feature karena tulisan yang memuat tentang seorang tokoh yang terkenal atau penting, di dalamnya berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan orang tersebut. Jadi, biografi itu termasuk ke dalam feature.
            Setelah penjelasan dari Dosen pembimbing selesai, diskusi ditutup oleh moderator dengan membacakan Alhamdulillah.

D. SIMPULAN
            Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik terbagi atas lima, yaitu, berita, reportase, feature, artikel, dan kolom. Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik sangat berbeda dengan tulisan ilmiah. Tulisan jurnalistik ini menggunakan bahasa jurnalistik yang mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu juga, tulisan jurnalistik tidak menggunakan bahasa yang hanya dimengerti oleh sebagian pembaca. Oleh karena itu, tulisannya lebih menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa yang bisa dibaca oleh semua kalangan, baik itu kalangan pelajar, maupun masyarakat umum.
            Selain itu, ada juga tulisan-tulisan ilmiah ini yang dimuat dalam surat kabar, tetapi kata-katanya diubah dan diolah lagi sehingga bahasanya mudah dimengerti seperti bahasa jurnalistik, namun kekurangannya, yaitu tidak semua orang membaca tulisan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan dan tulisan tersebut berhubungan dengan dunia kerjanya saja yang membacanya.
            Setelah membaca makalah tulisan jurnalistik ini, semoga pembaca dapat memperoleh manfaat dan memperoleh  informasi tentang hal-hal yang dapat memperluas wawasannya tentang dunia jurnalistik dan menjadikannya sebagai panduan dan pedoman jika ingin membuat tulisan-tulisan jurnalistik agar tidak salah dalam memaknai jenis masing-masingnya.




Mengubah Puisi Menjadi Sebuah Cerita


  1. TEKS
GORESAN RINDU
Saat aku duduk di sini, tertunduk
Di atas kegembiraan kurcaci-kurcaci kecil yang menari
Di atas rumput yang bergoyang
Diikuti alunan merdu kupu-kupu kelabu
Semuanya bahagia..
 Tapi,.. berbeda..
Aku tak merasakannya lagi
Hanya sepi..

Aku ingin kembali
Ke masa yang penuh dengan bunga cinta
Masa yang penuh dengan merah mudanya kelopak canda
Mereka..

Kepada angin, ku bertanya
Kapan masa itu datang lagi?
Datang bersama puing-puing kerinduan itu
Yang dulu pernah ada

Aku bagai kupu-kupu yang tak bersayap
Tak dapat terbang ke langit
Aku rindu pelukan mereka..
Ayah bundaku..
  1. PARAFRASE FISIK

GORESAN RINDU
(sedihku) saat aku (duduk) di atas sini, (tertunduk)
Dan juga (Di atas) (kegembiraan) kurcaci-kurcaci kecil (yang menari) (dengan riang)
(Di atas) rumput yang bergoyang (dengan senang)
(Diikuti) dengan alunan merdu kupu-kupu kelabu
(Semuanya bahagia)
 Tapi,.. (berbeda) dengan apa yang (aku rasakan)..
Aku (tak) (merasakannya) (lagi)
yang kurasa (hanya) (rasa sepi)
Aku (sangat) ingin kembali (ke) (masa itu)
Ke ( masa) yang penuh dengan (bunga cinta) (kasih sayang) orang tuaku
Masa itu (masa) yang penuh dengan (merah mudanya) (kelopak canda) (gurau)
(Mereka)..

hanya kepada (angin), (ku bertanya)
Kapan (masa itu) datang lagi?
Datang kembali bersama (puing-puing kerinduan itu)
Yang dulu (pernah ada)

rasanya (aku) bagai kupu-kupu (yang tak bersayap) jika tanpa mereka
(Tak) dapat terbang (ke langit)
Aku (rindu) (pelukan) (kasih sayang) mereka..
Ayah bundaku..
  1. PENAFSIRAN
KASIH SAYANG, KERINDUAN,  DAN KESEDIHAN
Goresan rindu karya Cici Sriana Putri mengungkapkan rasa rindu seseorang anak (aku). Hal ini tersirat oleh lirik ketika (aku) duduk tertunduk di atas semua kegembiraan yang ada di sekelilingnya, di antara kegembiraan kurcaci yang menari, di atas rumput yang bergoyang dengan riang, dan di atas alunan kupu-kupu yang kelabu.
Semua yang ada di sekitarnya merasakan kebahagiaan, namun tidak untuk si Aku. Justru si Aku hanya merasakan sepi.
Si Aku ingin kembali ke masa yang penuh dengan bertanya pada dirinya sendiri “entah kapan masa itu datang lagi dan ia sangat merindukan masa itu, masa yang penuh dengan puing-puing kerinduan yang dulu pernah ada.
Si Aku menyadari, tanpa kedua orang tuanya, ia bagai kupu-kupu tanpa sayap, kupu-kupu yang tak dapat terbang mencapai apa yang ia inginkan (langit). Si aku sangat merindukan kasih sayang ayah dan ibundanya.










  1. APRESIASI ESAI ATAU ARTIKEL
SEORANG ANAK MEMBUTUHKAN KASIH SAYANG YANG SEJATI DARI ORANGTUANYA
GORESAN RINDU
Saat aku duduk di sini, tertunduk
Di atas kegembiraan kurcaci-kurcaci kecil yang menari
Di atas rumput yang bergoyang
Diikuti alunan merdu kupu-kupu kelabu
Semuanya bahagia..
 Tapi,.. berbeda..
Aku tak merasakannya lagi
Hanya sepi..

Aku ingin kembali
Ke masa yang penuh dengan bunga cinta
Masa yang penuh dengan merah mudanya kelopak canda
Mereka..

Kepada angin, ku bertanya
Kapan masa itu datang lagi?
Datang bersama puing-puing kerinduan itu
Yang dulu pernah ada

Aku bagai kupu-kupu yang tak bersayap
Tak dapat terbang ke langit
Aku rindu pelukan mereka..
Ayah bundaku..




A.    PENGANTAR
Artikel ini membahas tentang makna kata yang sudah sangat familiar dan tentunya setiap orang pasti pernah merasakannya, yaitu kasih sayang. Namun dalam artikel ini kasih sayang itu diperuntukkan kepada kedua orang tua.
Dalam artikel ini  kerinduan seorang anak akan kasih saying dari  orangtuanya. Artikel ini diperuntukkan kepada orangtuanya yang  tidak peduli dan kasih sayangnya kurang  kepada anaknya.
Pembahasan makna kata musibah bukan hanya dari segi makna (semantik) atau asal kata (etimologi), tetapi juga kaitannya dengan nilai-nilai yang terkandung dalam kata itu serta kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
B.     PEMBAHASAN
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kasih sayang dimakna berdasarkan unsure-unsur kata yang terdapat di dalamnya, yaitu kata kasih dan sayang. Kedua kata tersebut memiliki arti yang masing-masingnya berbeda. Kata kasih berarti perasaan dan kata sayang berarti cinta, suka kepada, menanggung rindu, (KBBI 2011).
Orang tua adalah sosok yang sangat berarti bagi seorang anak. Orang tua menjadi kekuatan bagi seorang anak untuk menjalankan kehidupannya. Kekuatan itu berasal dari kasih sayanglah yang membuat seorang anak merasa bahagia dan tegar menjalani kehidupan. Kasih sayang orang tua dapat diwujudkan melalui perhatian orang tua kepada anak.
Anak sangat memerlukan kasih sayang. Selain itu, jika orang tua ingin mendidik anaknya dengan baik, tentu dengan kasih sayang.seperti pendapat yang dikemukakan oleh para ahli Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anaknya, dan diterimanya dari kodrat (Ngalim Purwanto, 2006: 80). Orang tua merupakan area terdekat pada individu.
 Anak sangat memerlukan kasih sayang, perlindungan, rasa aman, sikap dan perlakuan yang adil dari orang tua. Hartup (F.J Monks dan Knoers, 2006: 173) mengemukakan bahwa para orang tua masih mempunyai lebih banyak pengaruh dalam hal-hal politik dan pekerjaan daripada teman-teman sebayanya. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Para teoritis yang menganut paham “environmentalisme” berpendapat, “Tidak ada anak
yang sukar, yang ada ialah orang tua yang sukar (problem children are the product of
problem parents” (Alex Sobur, 2003: 150). Dari uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan kasih sayang orang tua dari perhatian pengertian perhatian orang tua, adalah suatu kesadaran orang tua dalam mendidik, membimbing, dan merawat anak-anaknya (baik berbentuk tindakan maupun ucapan) dengan penuh rasa kasih sayang agar anak-anak dapat meraih cita-cita dan hidup mandiri.

Kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaklah kasih sayang yang sejati. Bagus Santoso (2010: 23) mengemukakan pendapatnya tentang perhatian orang tua, yaitu pemusatan kesadaran jiwa berupa tenaga, pikiran dan perasaan, dari orang tua kepada anaknya, ditransformasikan dalam berbagai cara untuk memberikan motivasi atau dorongan positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar yang optimal.
Orang tua dalam memberikan perhatian tidaklah harus dengan suatu hal yang mahal, atau yang berlebihan. Perhatian dapat ditunjukkan dengan hal-hal yang kecil yang dimulai dengan kebiasaan dalam keluarga. Bentuk perhatian orang tua tidaklahterbatas pada satu perilaku atau tindakan.
Ada beberapa bentuk wujud kasih sayang yang dapat ditunjukkan melalui perhatian. Antara lain adalah sebagai berikut.

Pertama, orang tua dapat memberikan dorongan anak dalam belajar (motivasi belajar). Motivasi dapat diberikan orang tua dengan menyediakan sarana pendukung untuk menunjang proses belajar anak tersebut, seperti buku bacaan.
Kedua, orang tua memberikan penghargaan atau pujian atas apa yang dilakukan si anak,
karena penghargaan kepada anak-anak dapat menimbulkan mental yang sehat bagi anak.
Ketiga, orang tua hendaknya meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak-anak, sehingga tercipta hubungan yang nyaman, tenang, dan harmonis diantara
keluarga. Hubungan tersebut akan membuat seorang anak merasa lebih dekat dengan orang tua.
Keempat, orang tua hendaknya membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang
diinginkan. Hal tersebut dilakukan karena tidak semua anak mampu memulai pembicaraan tentang kebutuhan kepada orangtuanya. Orang tua harus peka terhadap kebutuhan-kebutuhan anaknya.
Kelima, orang tua menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif untuk anak
dalam belajar. Selain itu juga menyediakan sumber-sumber belajar dan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar.
Keenam, orang tua dapat mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan keadaan tersebut, anak-anak tidak merasa menjadi pesuruh di rumah. Selain itu, orang tua seligus dapat mengajarkan bagaimana mengerjakan rumah yang baik.

Bait puisi yang berjudul “Goresan Kerinduan”, yang diciptakan oleh Cici Sriana Putri juga menggambarkan rasa rindu seorang anak akan kasih sayang orang tua yang dulu nya, pernah dirasakan, namun, kini tidak ada lagi. Aku dalam lirik puisi ini duduk sambil tertunduk memandangi kegembiraan yang dirasakan oleh kurcaci yang menari-nari, rumput-rumput yang bergoyang, dan kupu-kupu yang bernyanyi. Meskipun apa yang ada di sekelilingnya merasakan bahagia, namun ia tidak merasakan itu. Si Aku justru merasakan sepi.
Si Aku ingin kembali mengulang masa yang dulu pernah ada, masa yang dulu yang membuatnya bahagia. Si Aku ingin merasakan lagi keadaan yang penuh cinta dan kasih sayang dari orang tuanya, si Aku ingin masa yang penuh canda itu kembali, rasa yang sekarang tidak ia rasakan lagi.
Sampai si Aku bertanya pada dirinya sendiri “ kapan masa itu datang lagi?”. Si Aku merasa, jika tanpa orang tuanya. Si Aku bagaikan kupu-kupu tak bersayap, tak dapat terbang mencapai apa yang ia inginkan. Si Aku ingin sekali merasakan kasih sayang lagi, kasih sayang ayah bundanya.
  
C.    PENUTUP
Kasih sayang orang tua sangat dibutuhkan oleh seorang anak. Perhatian yang dibutuhkan adalah perhatian yang sejati. Sebagai orang tua, harus bisa memenuhinya. Karena tanpa kasih sayang orang tua anak bukanlah apa-apa. Kasih sayang orang tua tersebut dapat ditunjukkan degan perhatian, perhatian baik itu segi jasmani dan rohani sang anak. Jika seorang anak merasa kurang perhatian dari kedua orang tuanya, maka hal ini akan berdampak buruk bagi si anak itu sendiri, seperti si anak terjerumus pergaulan bebas dan memakai  narkoba yang sedang marak tahun-tahun ini. Oleh sebab itu, bagi orang tua hendaknya berikanlah perhatian kepada anaknya, yaitu perhatian sejati.


  Referensi
(online), www.wikepedia.com. Diunduh tanggal 9 November 2013.
KBBI Versi 1-3 2011.