Rabu, 08 April 2015

BENTUK-BENTUK TULISAN JURNALISTIK


A.   PENDAHULUAN

Pada bagian ini, penulis  membahas dan menjelaskan materi Jurnalistik yang berjudul “Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik”. Pada penulisan laporan ini, penulis menggunakan beberapa buku, diantaranya buku “Teknik Jurnalistik”, “Kiat-Kiat Menulis”, dan buku yang berjudul “Pengantar Jurnalistik”. Namun, dalam penulisan ini penulis lebih merujuk pada buku “Teknik Jurnalistik” karangan Padmono, SK, sebagai pedoman dalam penulisan  makalah.
Secara garis besar, makalah ini berisi tentang bentuk-bentuk tulisan jurnalistik. Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik dalam buku Padmono SK antara lain adalah berita, artikel, tajuk rencana, kolom, dan reportase.  Masing-masing bentuk tersebut menjelaskan pengertian, struktur penulisannya, cara penulisan, serta sebagian jenisnya menjelaskan tentang  jenis-jenis bentuk tulisan tersebut.


B.   Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik
Padmono membagi bentuk-bentuk tulisan jurnalistik menjadi lima, diantaranya adalah : (1) berita, (2) reportase atau laporan, (3) feature, (4) artikel, dan (5) kolom. Penjelasan masing-masingnya adalah sebagai berikut.
1.      Berita atau straight news
Tulisan ini berisi laporan langsung yang hanya memuat fakta kejadian dan surat dengan informasi. Sifat tulisan ini padat, lugas, singkat, jelas, dan memenuhi unsur  5W+1H.
Berbeda dengan kaidah tulisan yang lain yang isinya dimulai dari yang tidak penting menuju ke klimaks, berita dimulai dengan fakta yang paling penting. Selain itu, isi berita merupakan fakta peristiwa yang benilai berita (news value), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Oleh karena itu, penulisannya tidak mencampuradukkan fakta dengan opini dan sifatnya beribang.
Struktur berita dikenal dengan piramida terbalik. Semakin ke bawah tulisan itu, isi atau informasi yang disajikan semakin tidak penting. Alasan penulisan seperti itu untuk memudahkan penyuntingan atau pembuangan informasi yang tidak penting karena keterbatasan kolom yang tersedia di surat kabar dan majalah. Cara menuliskan berita dimulai dengan teras berita. Teras ini merupakan bagian terpenting  dari seluruh berita karena ia memuat unsur 5W+1H. Kelima W itu ialah what (apa), who (siapa), where  (dimana), when (kapan),  why (mengapa) dan how (bagaimana).
Jenis-jenis teras itu ditulis sesuai dengan kebutuhan. Bagi masyarakat, sering kali jenis teras yang mengungkapkan apa dari suatu kejadian lebih menarik dibandingkan dengan jenis teras lainnya, tetapi untuk mengungkapkan suatu kejadian, siapa yang mengungkapkan jauh lebih menarik daripada apa yang diungkapkannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penulis berita dalam penulisan adalah date-line. Penulisan date-line mengikuti aturan masing-masing pada surat kabar. Penulisan date-line didasarkan pada tempat ditulisnya berita tersebut.

2.      Laporan atau reportase
Laporan adalah bentuk berita yang dikembangkan lebih luas, lengkap, dan terinci mengenai suatu peristiwa. Tulisan ini didasarkan atas pengamatan langsung atau keterangan orang lain. Oleh karena laporan harus tetap berpatokan pada 5W+1H dan dilengkapi dengan suasana yang penuh warna atau nuansa.
Dalam sebuah laporan, semua yang dilihat dapat dilaporkan sehingga pembaca mendapat gambaran yang benar-benar utuh mengenai peristiwa tersebut. Namun, yang perlu dihindari  dalam penulisan laporan tersebut adalah penulis atau wartawan tidak boleh memasukkan opininya dalam laporan tersebut.
Cara penulisan laporan pun tidak berbeda dengan tulisan lainnya, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan ,dan kemudian penutup.



3.      Feature
Bentuk tulisan feature atau tuturan lebih lengkap  dan terinci dibandingkan dengan laporan atau berita. Kelengkapan feture terletak pada bumbu imajinasi penulisnya. Dalam hal ini, opini penulis dapat dikembangkan dan diramu dengan fakta yang disajikan sehingga tulisannya menjadi menarik dan berisi. Ia juga bisa berbentuk sindiran. Teknik penulisannya pun tidak berbeda dengan penulisan umum, yaitu diawali dengan  pendahuluan, pengembangan dan ditutup dengan kesimpulan.
Feature memiliki enam jenis. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai ke enam jenis feature. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
a.       Feature Minat Insani (Human Interest Feature)
Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air mata khalayak. Human interest  termasuk yang paling efektif dalam menyentuh wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Human interest  tak hanya berhubungan dengan manusia. Dunia flora dan fauna pun termasuk di dalamnya.

b.      Feature Sejarah (Hystorycal Feature)
Feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak.

c.       Feature biografi (Biografical Feature)
Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat,public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban manusia, senantiasa mendapat tempat yang terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia.



d.      Feature Perjalanan (Travelogue Feature)
Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, disebut feature perjalanan. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang bersama kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peniggalan sejarah. Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora, dan fauna.

e.       Feature Petunjuk Praktis (How To Do Feature)
Feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu disebut feature petunjuk praktis atau how to do.

f.       Feature Ilmiah (Scientific Feature)
Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI di Jepang, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Feature ilmiah biasanya lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah.

Feature memiliki lima ciri-ciri. Pertama, Feature  (karangan khas) adalah laporan jurnalistik bergaya sastra (gaya penulisan karya fiksi seperti cerpen) yang menuturkan peristiwa. Kedua, Isinya penonjolan segi (angle) tertentu dalam sebuah peristiwa, biasanya unsur yang mengandung segi human interest, yakni memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi, keharuan, simpati, kegembiraan, atau bahkan amarah atau kejengkelan. Ketiga, Mengedepankan unsur hiburan ketimbang informasi. Keempat, Biasanya menggunakan “kata berona” (colorful word) untuk menambah daya tulisan. Kelima, Jenis-jenis feature antara lain feature berita (news feature), feature artikel (article feature), tips (how to do it feature), feature biografi, feature perjalanan atau petualangan (catatan perjalanan), dan sebagainya.

4.      Tajuk Rencana atau Editoral
Bentuk tulisan ini merupakan ulasan mengenai sesuatu hal yang penuh makna. Ulasan tersebut merupakan kajian intelektual yang dilakukan secara intens sehingga mengarah pada suatu kesimpulan yang mengarahkan pembaca untuk memahami permasalahannya. Dengan demikian, editoral merupakan pendapat redaksi surat kabar atau majalah.
Ciri-ciri tajuk rencana biasanya berisi: pertama, opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, baik itu aspek social, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olahraga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya. Kedua, ulasan tentang suatu masalah yang dimuat. Ketiga, topik yang ditulis dalam tajuk rencana berskala nasional maupun internasional. Keempat, tertuang pikiran subjektif redaksi yang terkait erat dengan kebijakan media yang bersangkutan. Kelima, ditulis secara berkala, bergantung dari jenis terbitan medianya, bisa harian, atau mingguan, atau dua mingguan, dan bulanan.
Untuk menuliskan tajuk rencana, seseorang wartawan yang ditugasi untuk menulisnya harus mempunyai wawasan yang luas. Tidak semua kejadian dapat diangkat menjadi pokok masalah yang layak dibahas oleh redaksi. Salah satu ukuran untuk mengangkat persoalan dalam tajuk rencana ialah adanya aspek khusus yang menonjol yang terkait dengan kepentingan umum atau bangsa.
Teknik penulisan tajuk rencana sama seperti teknik penulisan umum. Ada bagian pendahuluan, pembahasan, dan penutup atau kesimpulan. Pendahuluan itu biasanya dimulai dengan titik tolak kejadian yang aktual. Tajuk rencana ditutup dengan kesimpulan yang mencerminkan pendapat penulisnya. Tidak dapat dibantah, pendapat itu menjadi hak redaksi.
Suatu tajuk rencana yang baik tidak hanya melontarkan kritik, tetapi memberikan jalan keluar mengenai suatu masalah atau memberikan alternatif. Hal tersebut berarti penulis tajuk senantiasa harus berfikir positif dan kritis.


5.      Artikel
Tulisan yang berbentuk artikel itu seluruhnya bersisi opini. Kalaupun ada fakta yang disajikan oleh penulisnya, itu hanya merupakan dukungan terhadap opini yang dikemukakannya dan  merupakan hasil pemikiran intelektual penulisnya.
Dalam menulis artikel, seorang penulis atau wartawan mendapat kebebasan yang penuh untuk mengembangkan pemikirannya, daya analisisnya terhadap suatu hal tanpa harus dibatasi dengan fakta yang sedang terjadi. Penting bagi penulis artikel adalah ia mampu untuk menyajikan gagasan secara sistematis dan dengan kajian-kajian yang logis.
Teknik menuliskan artikel sama dengan tulisan umum lainnya, yaitu dimulai dengan pendahuluan, pembahasan atau pengembangan, dan ditutup dengan kesimpulan. Untuk menuliskan artikel,  seseorang harus mendalami persoalan yang akan dipaparkannya, kaya dengan wawasan dan didukung dengan bahan bacaan yang cukup. Kalaupun gagasan yang dipaparkannya bukan gagasannya sendiri, tetapi gagasan orang lain, penulis harus mampu menguji pendapat tersebut secara kritis.

6.      Kolom
Sebenarnya  yang dimaksud dengan tulisan kolom dalam surat kabar atau majalah adalah artikel, tetapi ada kekhasan kolom jika dibandingkan dengan artikel. Tulisan-tulisan kolom selalu reflektif atau bersifat renungan. Tulisan dalam bentuk ini tidak sekedar berupa pergumulan intelektual, tetapi juga menyangkut emosi atau perasaan, spiritual bahkan kadang-kadang iman.
Dengan demikian, tulisan yang berbentuk kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk bercermin dengan tulisan itu, sehingga menarik kesimpulan sendiri. Tulisan berbentuk kolom  tidak pernah bertele-tele, tetapi singkat, lugas, dan menarik. Ia cenderung mengajak pembacanya untuk menertawakan sikap-sikap yang tidak wajar yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, sifatnya selau menyindir. Kalau  pun ia disarati dengan pesan yang berat, penulisannya selalu ringan dan lincah, kadang-kadang lucu.
Teknik menuliskan kolom tidak berbeda dengan penulisan artikel,  feature atau laporan, tetapi yang perlu diingat dalam menulis kolom, penulis harus benar-benar menguasai  masalahnya sehingga ungkapan-ungkapan, perumpamaan atau contoh yang dipaparkan benar-benar mendukung gagasan yang akan disajikan. Dalam hal ini, kedalaman berpikir seseorang akan menentukan baik tidaknya kolom yang ditulisnya. Itulah sebabnya di kalangan wartawan tidak banyak yang mampu menulis kolom dengan baik.
Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Kolom langsung berisi tubuh tulisan, yaitu berupa pengungkapan  pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja, bahkan dapat hanya satu kata saja. (Komidi 2007).
Umumnya kolom di muat pada hari-hari tertentu, misalnya Senin untuk olahraga, Selasa untuk kebudayaan dan kesenian, Rabu untuk politik luar dan dalam negeri atau seterusnya. Oleh karena hari pemuatanya tetap, maka lama kelamaan kolom itu juga mengarah pada spesialisasi isi. Banyak sedikitnya juga bergantung pada minat penulisnya sendiri, dan pada lingkungan sumber informasinya dan cara pengumpulan bahanya bisa sederhana dan juga bisa kompleks.

C.    PEMBAHASAN DISKUSI

Diskusi tentang “Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik” ini berjalan dengan cukup serius. Diskusi dipandu oleh Saudari Wirma sebagai moderator dan Saudara Cici Sriana putri sebagai penyaji. Oleh karena yang presentasi hanya dua orang, pembacaan materi dibagi menjadi dua bagian. Pertama oleh Saudari Cici dan kedua oleh moderator.  Moderator merangkap sebagai penyaji karena Harissa Yeri Oktiva, yang juga sebagai  penyaji berhalangan hadir.
Selanjutnya, setelah pembacaan materi selesai. Moderator membuka sesi pertama, yaitu sesi kritik dan saran. Namun, pada sesi ini anggota diskusi tidak ada yang menambahkan atau berkomentar,  baik itu tentang isi materi itu sendiri maupun tentang tampilan slide pada power point yang telah  dibuat. Oleh sebab itu, moderator membuka sesi kedua yaitu sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab ini moderator membuka tiga pertanyaan. Pertanyaan pertama, diberi kesempatan kepada Saudari Tri Wasillah, pertanyaannya, yaitu apakah maksud dari metodologi penelitian dan deviasi mesti bisa diuraikan dengan jelas?, selanjutnya pertanyaan dari Saudari Fatimah, pertanyaannya yaitu jelaskanlah jenis-jenis feature?, dan yang terakhir pertanyaan dari Saudari Dianni Novalia, yaitu jelaskan maksud dari tesis, premis, dan hipotesis pada tulisan ilmiah?.
Pertanyaan pertama dijawab oleh Saudari Cici. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Maksud dari metode pada penulisan tulisan ilmiah adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang peneliti  atau metode-metode apa saja yang digunakan oleh peneliti untuk tulisannya agar tulisannya memenuhi syarat sebagai tulisan ilmiah.
             Selanjutnya, pertanyaan saudari Siti dijawab oleh Saudari Wirma. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Menurut Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism (Assegaf, 1983:56), paling tidak terdapat enam jenis  feature yang dikenali sehari-hari: (1) feature minat insani (human interest feature), (2) feature sejarah (historycal feature),  (3) feature biografi (biografical feature), (4) feature perjalanan (travelogue feature), (5) feature yang mengajarkan suatu keahlian atau petunjuk (how to do feature), dan (6) feature ilmiah (scientific feature).

1.      Feature Minat Insani (Human Interest Feature)
Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air mata khalayak. Human interest feature termasuk yang paling efektif dalam menyentuh wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Human interest feature tak hanya berhubungan dengan manusia. Dunia flora dan fauna pun termasuk di dalamnya.

2.      Feature Sejarah (Hystorycal Feature)
Feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak.




3.      Feature Biografi (Biografical Feature)
Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat,  public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban manusia, senantiasa mendapat tempat yang terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia.

4.      Feature Perjalan (Travelogue Feature)
Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, disebut feature perjalanan. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang bersama kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peniggalan sejarah. Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora, dan fauna.

5.      Feature Petunjuk Praktis (How To Do Feature)
Feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu, disebut feature petunjuk praktis atau how to do.

6.      Feature Ilmiah (Scientific Feature)
Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI di Jepang, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Feature ilmiah biasanya lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah.




            Pertanyaan selanjutnya mengenai maksud dari tesis, premis, dan hipotesis dijawab oleh Saudari Cici. Penjelasannya, yaitu hipotesis itu sepengetahuan penulis adalah dugaan-dugaan sementara yang ada dalam pikiran peneliti untuk mengarah kepada kebenaran berdasarkan apa yang dilihat di lapangan.
            Setelah pertanyaan dijawab oleh penyaji, Ibu Dosen pembimbing, Dewi Anggraini, menambahkan penjelasan berupa tambahan dan sanggahan mengenai pertanyaan nomor tiga dan pertanyaan pertama. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
            Sebenarnya tulisan ilmiah yang dibahas oleh kelompok penyaji tidak termasuk ke dalam bentuk-bentuk tulisan jurnalistik. Bentuk tulisan ini di dalamnya menggunakan bahasa ilmiah yang tidak semua orang mengerti dengan bacaan tersebut sedangkan bahasa jurnalistik cenderung mudah dimengerti oleh pembaca. Namun, ada juga tulisan-tulisan ilmiah ini yang dimuat dalam surat kabar, tetapi kata-katanya diubah dan diolah lagi sehingga bahasanya mudah dimengerti seperti bahasa jurnalistik, namun kekurangannya, yaitu tidak semua orang membaca tulisan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan dan tulisan tersebut berhubungan dengan dunia kerjanya saja yang membacanya.
            Sehubungan dengan pertanyaan pertama tadi tentang metode, metode adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dan dituliskan dalam tulisannya. Begitu juga tesis, hipotesis, dn premis ini ditulis dalam tulisan ilmiah yang tidak termasuk dalam tulisan jurnalistik.
            Setelah semua pertanyaan terjawab, moderator membuka satu sesi pertanyaan lagi. Pertanyaan diajukan oleh Saudara Agung Permadi, yaitu jelaskan jenis-jenis dari pers releas? Namun, pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh penyaji dan pertanyaan diambil alih oleh Ibu Dewi Anggraini.
            Pears lereas ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Pears lereas ini tidak wartawan yang menuliskan beritanya, tetapi informasi dituliskan oleh sumber informasi atau informan itu sendiri. Dalam mendapatkan informasi, wartawan tidak mencari informasi, namun informan itu sendiri yang datang untuk memberikan informasi.
            Selanjutnya, diskusi diambil alih oleh  dosen pembimbing. Pertanyaan ini diajukan oleh Saudara M. Riski. Pertanyaannya, yaitu  apakah menurut penyaji apakah biografi itu termasuk feature atau profil? Pertanyaan tersebut dijelaskan oleh Ibu Dewi Anggraini. Penjelasannya, yaitu biografi itu memang termasuk feature karena tulisan yang memuat tentang seorang tokoh yang terkenal atau penting, di dalamnya berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan orang tersebut. Jadi, biografi itu termasuk ke dalam feature.
            Setelah penjelasan dari Dosen pembimbing selesai, diskusi ditutup oleh moderator dengan membacakan Alhamdulillah.

D. SIMPULAN
            Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik terbagi atas lima, yaitu, berita, reportase, feature, artikel, dan kolom. Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik sangat berbeda dengan tulisan ilmiah. Tulisan jurnalistik ini menggunakan bahasa jurnalistik yang mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu juga, tulisan jurnalistik tidak menggunakan bahasa yang hanya dimengerti oleh sebagian pembaca. Oleh karena itu, tulisannya lebih menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa yang bisa dibaca oleh semua kalangan, baik itu kalangan pelajar, maupun masyarakat umum.
            Selain itu, ada juga tulisan-tulisan ilmiah ini yang dimuat dalam surat kabar, tetapi kata-katanya diubah dan diolah lagi sehingga bahasanya mudah dimengerti seperti bahasa jurnalistik, namun kekurangannya, yaitu tidak semua orang membaca tulisan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan dan tulisan tersebut berhubungan dengan dunia kerjanya saja yang membacanya.
            Setelah membaca makalah tulisan jurnalistik ini, semoga pembaca dapat memperoleh manfaat dan memperoleh  informasi tentang hal-hal yang dapat memperluas wawasannya tentang dunia jurnalistik dan menjadikannya sebagai panduan dan pedoman jika ingin membuat tulisan-tulisan jurnalistik agar tidak salah dalam memaknai jenis masing-masingnya.




3 komentar: