PENDEKATAN, METODE, STRATEGI, TEKNIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN
A. PENDEKATAN
1.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Menurut Suyono dan Harianto (2012:18) Pendekatan pembelajaran
suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat
pembelajaran.
Menurut Istrani (2011:1) pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2009:127) pendekatan pembelajaran diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum.
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau suatu sudut pandang
terhadap proses pembelajaran.
2. Jenis-jenis
Pendekatan Pembelajaran
Variable utama dalam kegiatan pembelajaran adalah guru dan siswa. Tidak akan terjadi proses
pembelajaran apabila kedua varibel ini tidak ada berdasarkan hal tersebut. Maka
pendekatan dalam pembelajaran secara umum dibagi dua, yaitu pendekatan yang
berorientasi kepada guru dan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Killen, Roy dalam (Rusman 2012:381)
mengemukakan bahwa ada dua pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
1.Pendekatan pembelajaran berorientasi
kepada guru (teacher centered approaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada
guru yaitu pendekatan yang menempatkan siswa sebagai objek dalam bejara dan
kegiatan belajar bersifat klasik. Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri
sebagai orang satu-satunya sumber belajar. Pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada guru memiliki ciri bahwa manajemen dan pengelolaan pembelajaran
ditentukan sepenuhnya oleh guru. Peran siswa pada pendekatan ini hanya
melakukan sktivitas sesuai denganpetunjuk
guru. Siswa hampir tidak memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas
sesuai minat dan keinginannya. Pada strategi peran guru sangat menentukan baik
dalam pilihan isi atau materi pelajaran maupun penentuan proses pembelajaran.
2. Pendekatan pembelajaran
yang berorientasi pada siswa (student
centered approaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada
siswa adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek
belajar dan kegiatan belajar bersifat modern. Pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada siswa, manajemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa.
Pada pendekatan ini siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan
kreativitas dan mengembangkan potensinya melalui aktivitas secara langsung
sesuai denga minat dan keinginannya.
Pada strategi ini peran guru lebih
mendekatkan diri pada fasilitator, pembimbing sehingga kegiatan belajar siswa
menjadi lebih terarah.
B. METODE
1.
Pengertian Metode
Pembelajaran
Menurut Suyono dan Harianto (2012:19)
metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan
dilaksanakan.
Menurut Istrani (2012:1), metode digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan
beberapa metode.
Menurut Sanjaya, (2009:126) metode adalah
cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Metode secara harfiah
berarti cara. Dalam pemakaian yang umum,
metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang diapaki untukmmencapai
tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, metode
pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang taratur,
suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran. Pengertian
seluruh perencanaan itu jika dikaitkan dengan konsep yang berkembang dewasa ini
meliputi standar Kompetensi (SK), dasar Kompetensi (KD), indikator, tujuan
pembelajaran, persiapan pembelajaran, kegiatan pembelajaranmulai dari kegiatan
pembuka, kegiatan inti dan penutupnya, serta media pembelajaran, sumber
pembelajaran terkait, sampai dengan penilaian pembelajaran. Dekat dengan istilah metode pembelajaran
adalah sintaks. Sintaks adalah urutan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
sesuai dengan strategi dan metode yang dipilih. Istilah sintaks umum digunakan
dalam ilmu bahasa.
2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Berikut ini ada empat belas metode,
metode tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Metode langsung
Metode pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung terdapat 5 fase yaitu
demonstrasi, pembimbingan, pengecekan, dan pelatihan. Di dalam metode ini
terdapat teknik dalam pembelajaran menulis, yaitu teknik gambar atau menulis
langsung.
b.
Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode
komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Metode komunikatif
dapat dilakukan dengan teknik menulis dialog. Siswa menulis dialog tentang yang
mereka lakukan dalam sebuah aktivitas. Kegiatan ini dapat dilaksanakan
perseorangan maupun kelompok.
c.
Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan
beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi
dan antar bidang studi. Antar bidang studi artinya beberapa aspek dalam satu
bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara
dan menulis. Metode inregratif dapat dilaksanakan dalam pembelajaran mambaca
dengan memberi catatan bacaan. Siswa dapat membuat catatan yang diangap penting
atau kalimat kunci sebuah bacaan. Dalam melakukan kegiatan membaca sekaligus
siswa menulis.
d.
Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen
materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit
pertemuan. Hal yang perlu dipahami perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan
tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut
harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan
konseptual. Tema yang telah ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan
dan lingkungan siswa. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
logika yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari
analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
e.
Metode Konstruktivitas
Asumsi sentral metode konstruktivistik
adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu
kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu
agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Metode
konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada
pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri,
atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana
seharusnya belajar.
f.
Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah
konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan
pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun metode ini
dapat diterapkan dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat
belajar dalam situasi dunia nyata.
g. Metode
Kuantum
Kuantum adalah banyaknya (jumlah) sesuatau (KBBI,
1995). Dalam konteks pembelajaran bahasa, bermakna banyaknya faktor yang
terlibat dalam pelajaran bahasa. Metode ini mengutamakan percepatan belajar
dengan cara keikutsertaan peserta didik dalam melihat potensi diri dalam
kondisi penguasaan diri.
h. Metode audio visual
Mengajarkan bahasa dengan memanfaatkan
alat-alat pandang dengar, seperti video kartu, tape rekorder,program televise,
sehingga pengajaran menjadi lebih hidup
dan menarik. Kecendrungan metode
ini adalah menghasilkan peserta didik yang berkemampuan dalam berbahasa lisan.
i.
Metode intensif
Metode mengajar yang digunakan untuk jumlah
peserta didik yang terbatas sehingga pengulangan pengucapan kalimat yang lebih
sering dan perbaikan ucapan dapat dilakukan segera. Metode ini menuntut
kemampuan belajar bahasa yang tinggi
dengan motivasi yang tinggi pula.
C. TEKNIK
1. Pengertian Teknik Pembelajaran
Menurut Suyono dan Harianto (2012: 20) teknik pembelajaran
adalah implementasi dari metode pembelajaran
yang secara nyata berlangsung di dalam kelas, tempat terjadinya proses
pembelajaran. Teknik pembelajaran menerapkan berbagai kiat, atau taktik untuk
memenuhi tujuan atau kompetensi yang diinginkan.
Menurut Rostiyah dalam Istrani (2011: 2)
teknik pembelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh instruktur.
Menurut
Sanjaya (2009:127), teknik pembelajaran merupakan penjabaran dari metode pembelajaran.
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan
suatu metode.
Jadi,berdasarkan
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran adalah kiat atau
cara untuk memenuhi tujuan atau kompetensi yang diinginkan oleh pendidik dalam
rangka mengimplementasikan metode yang telah dibuat.
2.
Jenis-jenis Teknik Pembelajaran
a.
Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas dapat berbentuk cerita kenyataan,
dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan. Teknik ini diartikan sebagai
cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Menurut Sanjaya (2009:147), Teknik
ini banyak digunakan oleh guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh
beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru
maupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas jika dalam proses pengelolaan
pembelajaran tidak melakukan ceramah.
Demikian juga dengan siswa, mereka
akan belajar jika ada guru yang akan memberikan materi pelajaran melalui
ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan jika
tidak ada guru berarti tidak ada proses belajar.
Kelebihan teknik ceramah menurut Sanjaya (2009:148) adalah sebagai
berikut.
1.
Ceramah merupakan teknik yang
murah dan mudah untuk dilakukan.
2.
Ceramah dapat memberikan
pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya guru dapat mengatur
pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai.
3.
Melalui ceramah, guru dapat
mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab
guru yang memberikan ceramah.
4.
Organisasi kelas dengan
menggunakan ceramah dapat diatur jadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan
seting kelas yang beragam atau tidak memerlukan persiapan yang rumit. Asal
siswa dapat menempati tempat duduk untuk
mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
Kelemahan teknik ceramah menurut Sanjaya (2009: 149) adalah sebagai
berikut.
1.
Materi yang dikuasai siswa
sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
2.
Guru yang kurang memiliki
kemampuan bertutur yang baik ceramah sering dianggap sebagai metode yang
membosankan.
3.
Melalui ceramah sangat sulit
untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau
belum.
b.
Teknik Tanya Jawab
Menurut
Roestiyah (2008:129) guru melontarkan teknik
tanya jawab itu mempunyai tujuan, agar siswa dapat mengerti atau
mengingat-ngingat tentang fakta yang dipelajari, didengar, ataupun dibaca,
sehingga mereka memiliki pengertian yang mendalam tentang fakta itu. Diharapkan
dengan tanya jawab itu mampu menjelaskan langkah-langkah berpikir atau proses
yang ditempuh dalam memecahkan masalah;
sehingga jalan pikiran anak tidak meloncat-loncat; yang akan merugikan
siswa sendiri dalam menangkap suatu masalah untuk dipecahkan. Dengan
demikian,siswa menemukan pemecahan masalah dengan cepat dan tepat.
Dalam tanya
jawab itu pula guru bermaksud meneliti kemampuan atau daya tangkap siswa untuk
memahami bacaan. Teknik tanya jawab dapat
diterapkan pada latihan keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan menulis.
Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada guru.
Menurut Roestiyah (2008: 135) kelebihan teknik ini adalah karena
siswa mendalami dan mendalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, maka
pengetahuan itu akan tinggal lam dalam jiwanya. Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan daya berpikir
sendiri, daya inisiatif, daya kreatif, dan melatih diri sendiri. Selain
kelebihan, juga terdapat kekurangan dari teknik ini, yaitu siswa berkemungkinan
hanya meniru jawaban temannya karena guru tidak mengawasi langsung pelaksanaan
tugas itu. Selain itu, berkemungkinan juga orang lain yang mengerjakan tugas
itu.
c. Teknik Diskusi Kelompok
Teknik diskusi adalah teknik pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan. Tujuan utama teknik
ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan dan menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan
Killen dalam Sanjaya (2009: 154). Karena diskusi bukanlah debat yang bersifat
beradu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menetukan
keputusan secara bersama-sama.
Kelebihan teknik diskusi menurut Sanjaya (2009:156).
1.
Teknik diskusi dapat merangsang
siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2.
Dapat melatih untuk membiasakan
diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3.
Dapat melatih siswa untuk dapat
mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga
bisa melatih siswa untuk mengahargai pendapat orang lain.
Kelemahan teknik diskusi menurut Sanjaya
(2009:156).
1.
Sering terjadi pembicaraan
dalam diskusi yang dikuasai oleh dua orang atau tiga orang siswa yang memiliki
keterampilan berbicara.
2.
Kadang-kadang pembahasan dalam
diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3.
Memerlukan waktu yang cukup
panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4.
Dalam diskusi sering terjadi
perbeedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya,
kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu
suasana pembelajaran.
Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru.
Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan
memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
d. Teknik Pemberian Tugas
Menurut Roestiyah (2008: 133) teknik
pemberian tugas biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil
belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama
melakukan tugas; sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat
lebih terintegrasi. Hal itu terjadi disebabkan siswa mendalami situasi atau
pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Dengan kegiatan
melaksanakan tugas siswa menjadi aktif belajar; dan merasa terangsang untuk
meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung
jawab dengan diri sendiri. Banyak tugas
yang harus dikerjakan siswa,hal itu diharapkan dapat menyadarkan siswa untuk
memanfaatkan waktu senggang untuk hal-hal yang menunjang belajarnya.
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami
pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas
individual seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghafal puisi
atau lagu.
e. Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran
seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba
menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru,
sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu, diharapkan siswa
dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
Menurut Roestiyah (2008: 90) kadang-kadang banyak peristiwa
psikologis atau sosial yang sukar bila dijelaskan dengan kata-kata belaka. Maka
perlu siswa dipartisipasikan untuk berperan aktif dalam peristiwa sosial itu.
Mennurut Roestiyah (2008:93) dengan menggunakan teknik ini, siswa
lebih tertarik perhatiannya pada pembelajaran karena masalah-masalah social
sangat berguna bagi mereka. Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami
masalah-masalah social itu.bagi siswa yang merasakan peranan seperti orag
lain,maka ia dapat menempati diri sepertiwatak orang itu, ia dapat merasakan
perasaan orang lain, sehingga menimbulkan sikap
saling pengertian, toleransi, tenggang rasa, cinta kasih terhadap sesama
makluk hidup.
f. Teknik Karya Wisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada
obyek yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun
binatang, tempat pameran atau tempat karya wisata lainnya.
Menurut Roestiyah (2008: 85)
teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai
berikut. Selain itu, kekurangan dari teknik ini adalah jika guru tidak memahami
tujuan dan langkah-langkah pelaksanaan dalam metode ini, sehinggaakan mengacaukan
situasi.
Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya; dapat turut menghayati tuga
pekerjaan milik seseorang, seta dapat betanya jawab. Dengan demikian, siswa
mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran. Siswa bisa
melihat, medengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan dan
sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Menurut Roestiyah (2008:87), kelebihan teknik karya wisata ini
adalah sebagai berikut.
1.
Siswa dapat berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh petugas pada objek karya wisata
itu.
2.
Siswa dapat melihat berbagai
kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati
secara langsung; yang akan memperluas pengetahuan mereka.
3.
Dalam kesempatan ini siswa
dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan
segala persoalan yang dihadapinya, sehingga mungkin mereka menemukan bukti
kebenaran teorinya atau mencobakan tero itu ke dalam praktik.
4.
Dengan objek yang ditinjau
siswa dapat meperoleh bermacam-macampengetahuan dan pengalaman.
D.
STRATEGI
1.
Pengertian
strategi belajar
Menurut Istrani (2011:1) strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Menurut Suyono dan Harianto (2012:21), strategi
pembelajaran adalah proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan siswa,
pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan lingkungan
belajar, pengelolaan sumber belajar dan penilaian agar pembelajaran lebih
efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Oemar Hamalik (2012),
strategi pembelajaran adalah keseluruhan prosedur yang ditempuh oleh guru dan
siswa yang memungkinkan atau memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang akan
dipilih dan digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga
akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang
pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya pada akhir pembelajaran.
2.
Jenis Strategi Pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran
yang dapat digunakan. Rowntree dalam Sanjaya (2009: 128) mengelompokkan ke
dalam strategi penyampaian penemuan atau exposition-discoveri
learning dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran
individual atau group individual learning.
Dalam strategi exposition, bahan
pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk
menguasai bahan tersebut. Roy Killen dalam (Sanjaya 2009:127) menyebutnya
dengan strategi pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan karena materi
pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa : siswa tidak dituntut untuk
mengolahnya.
Strategi belajar individual
dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan
pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang
bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didisein oleh guru
untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar
melalui modul atau belajar bahasa melalui kaset audio.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar
kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau
beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran
kelompok besar atau bisa juga bisa dalam
belajar kelompok yang kecil. Strategi kelompok tidak memerhatikan kecepatan
belajar individual. Setiap individu dianggap sama.
Ditinjau dari cara penyajiannya
dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara
strategi pembelajarn deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Strategi
pembelajaran deduktif ialah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan
mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari ke simpulan dan
ilustrasi-ilustrasi atau bahan pelajaran yang dimulai dari hal-hal yang umum
menuju ke hal yang khusus. Sebaliknnya dengan strategi induktif pada strategi
ini bahan yang dipelajari dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang
kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar.
Strategi ini kerap dinamakan strategi
pembelajaran umum ke khusus.
3.
MODEL
a.
Pengertian
Model Pembelajaran
Menurut Joy dan Weil
dalam Rusman (2012: 381), model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk perencana jangka panjang, merangcang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Istrani (2011: 1) model
pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala
aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala
fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam
proses pembelajaran.
Jadi, dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi
ajar dari awal sampai akhir pembelajaran yang dilakukan guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Jenis-jenis
Model
Pembelajaran
Berikut adalah
empat model pembelajaran menurut Istrani (2011).
1. Picture
and picture
Picture
and picture
merupakan suatu rangkaian penyampaikan materi ajar dengan menunjukkan
gambar-gambar konkret kepada siswa sehingga siswa dapat memahami secara jelas
tentang makna hakiki dari materi ajar yang disampaikan kepadanya. Jadi, bahan
utama dari penggunaan model picture and
picture adalah gambar-gambar yang
menyangkut materi pembelajaran. tanpa ada gambar, tidak mungkin bisa dilakukan
proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini.
a)
Langkah-langkah
1) Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Menyampaikan
materi sebagai pengantar.
3) Guru
menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian untuk memasang/ mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
4) Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan
gambar tersebut.
5) Dari
alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanam konsep/ materi sesuai dengan
kompotensi yang ingin dicapai.
6) Kesimpulan.
b)
Kelebihan
1)
Materi yang diajarkan lebih terarah
karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang dicapai dan
materi secara singkat terlebih dahulu.
2)
Siswa lebih cepat menangkap materi
ajar karena guru manunjukkan gambar-gambar dari materi yang ada.
3)
Dapat meningkatkan daya nalar siswa
sebab ia disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.
4)
Dapat meningkatkan tanggung jawab
siswa sebab guru mempertanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
5)
Pembelajaran lebih berkesan sebab
siswa dapat secara langsung mengamati gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
c)
Kekurangan
1) Sulit
menemukan gambar-gambar yang bagus atau berkualitas.
2) Sulit
menemukan gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang telah
dimilikinya.
3) Baik guru
maupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utamanya
dalam membahas suatu materi pembelajaran.
4) Tidak
tersedianya dana harus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang
diinginkan.
2.
Examples non examples
Model pembelajaran examples
non examples, yaitu suatu rangkaian penyampaikan materi ajar kepada siswa
dengan menunjukkan gambar-gambar yang relevan yang telah dipersiapkan dan
diberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisisnya bersama teman dalam kelompok
yang kemudian dimintai hasil diskusi yang dilakukannya. Jadi, model
pembelajaran ini berangkat dari data dokumentasi yang kemudian dikembangkan
menjadi suatu kajian materi ajar yang menarik untuk dikaji dan diteliti
sehingga diperbolehkan suatu pengetahuan sangat berguna yang sebelumnya tidak
diketahui.
Dengan demikian, yang memandu guru dalam penyampaikan materi
ajar kepada siswa adalah gambar-gambar. Segala jenis-jenis dan bentuk uraian
yang dilakukan guru berangkat dari gambar yang ada.
a)
Langkah-langkah
1)
Guru dapat menyiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2)
Guru menempelkan gambar di papan
atau data yang akan dipelajari melalui OHP.
3)
Guru memberi petunjuk dan memberi
kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan atau menganalisis gambar.
4)
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang
peserta didik hasildiskusi dan analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas.
5)
Tiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil diskusinya.
6)
Mulai dari komentar atau hasil
diskusi peserta didik guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
dicapai.
7)
Kesimpulan.
b)
Kelebihan
1)
Pembelajaran lebih menarik sebab
gambar dapat meningkatkan perhatian anak untuk mengikuti proses belajar
mengajar.
2)
Siswa lebih cepat menangkap materi
ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar dari media yang ada.
3)
Dapat meningkatkan daya nalar atau
piker siswa sebab disuruh guru untuk menganalisis gambar yang ada.
4)
Dapat meningkatkan kerja sama antara
siswa.
5)
Dapat meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa sebab guru mempertanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
6)
Pembelajaran
lebih berkesan sebab siswa dapat secara langsung mengamati gambar yang telah
dipersiapkan.
c)
Kekurangan
1)
Sulit menemukan gambar-gambar yang
bagus atau berkualitas.
2)
Sulit menemukan gambar yang sesuai
dengan daya nalar atau kompetensi yang dimiliki siswa.
3)
Baik guru maupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan
gambar sebagai bahan utamanya dalam membahas suatu materi pembelajaran.
4)
Waktu yang tersedia adakalanya
kurang efektif sebab sering kali dalam diskusi membutuhkan waktu yang relatif
lama.
5)
Tidak tersedianya dana khusus untuk
menemukan atau mangadakan gambar-gambar yang diinginkan.
3.
Cooperative script
Model belajar dimana siswa berpasangan dan bergantian secara
lisan mengiktisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Jadi, model
pembelajaran ini merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan
pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian
diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan
ide-ide baru ke dalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan
untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam materi yang ada
secara bergantian sesama pasangannya masing-masing.
a)
Langkah-langkah
1)
Guru membagi peserta didik untuk
berpasangan.
2)
Guru membagikan wacana atau materi
untuk dibaca dan dibuat ringkasannya
3)
Guru dan peserta didikmenetapkan
siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4)
Pembicara membacakan
ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya .
Peserta
didik lain:
1) Menyimak
ide-ide pokok yang kurang lengkap.
2) Membantu
mengingat ide-ide pokok dengan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
3) Bertukar
peran, semula sebagai pembiacara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
Serta lakukan seperti di atas.
4) Kesimpulan
peserta didik bersama-sama dengan guru.
5) Penutup.
b)
Kelebihan
1) Mengajarkan
siswa menjadi percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri
untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa
lain.
2) Mendorong
siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan
temannya.
3) Suatu
strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk
meningkatkan prsetasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara
satu siswa dengan yang lain dan sikap
yang positif.
4) Banyak
menyediakan kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai
ketepatan jawaban.
5) Suatu strategi
yang dapat digunakan secara bersama dengan orang lain seperti pemecahan
masalah.
6) Interaksi
yang terjadi selama cooperatif script
membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.
7) Dapat
memberikan kesempatan pada para siswa belajar keterampilan bertanya dan
mengomentari suatu masalah.
8) Dapat
mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan diskusi.
9) Memudahkan
siswa melakukan interaksi sosial.
10) Mengahargai
pendapat orang lain.
11) Meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif.
c)
Kekurangan
1) Beberapa
siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide, takut dinilai temannya dalam
grup.
2) Sulit
membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan harmonis.
3) Penilaian
terhadapmurid sebagai individu menjadi sulit karena tersembunyi di belakang
kelompok.
4.
Artikulasi
Artikulasi berarti menggali kembali materi yang telah
dijelaskan oleh guru sebelumnya.oleh karena itu, dua orang siswa mengulangi
kembali apa yang dijelaskan guru secara pergantian. Yang satu jadi pendengar
dan mencatat yang dikatakan temannya, sementara yang satu lagi menerangkan
keterangan guru yang ia simak pada waktu guru menjelaskan pelajarannya tadi,
begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, penekanan utama dari model
pembelajaran srtikulasi ini adalah mengulang kembali makna pembelajaran yang
disampaikan pada siswa oleh siswa itu sendiri.
a)
Langkah
1)
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
2)
Guru menyajikan materi sebagaimana
biasa.
3)
Untuk mengetahui daya serap peserta
didik, dibentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4)
Menugaskan salah satu peserta didik
dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil mebuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti
peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5)
Menugaskan peserta didik secara
bergiliran atau diacak menyampaikan penjelasan teman pasangannya. Sampai
sebagian peserta didik menyampaikan penjelasannya.
6)
Guru mengulangi atau menjelaskan
kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik.
7)
Kesimpulan.
b)
Kelebihan
1) Dapat meningkatkan ekspresi siswa dalam
menyajikan materi pelajaran karena ia mengulangi dari apa yang dikatakan guru.
2) Dapat lebih mempertajam daya ingat
siswa tentang pelajaran tersebut.
3) Dapat
menyalurkan aspirasi siswa ketika menerangkan kembali materi yang diajarkan
oleh guru kepadanya.
4) Melibatkan
siswa secara langsung dalam mengggali materi ajar yang telah disampaikan guru.
c)
Kekurangan
1) Sulit pantau
apakah siswa mengulangi yang dijelaskan sebelumnya sesuai dengan yang
diinginkan.
2) Pembelajaran
menjadi gaduh, karena banyak peserta yang berbicara sekaligus.
3) Bagi siswa
pendiam, sulit ranya mengikuti model pembelajaran seperti ini
5.
Debate
Pembelajaran denganmodel debate diawali dari pembentukan
pembentukan dua kelompok yang pro dan kontra. Kedua kelompok ini saling beradu
argumentasi dalam rangkamengemukakan pendapatnya sebagai tanda atau bukti untuk
membuktikan atau meyakinkan siswa lawan belajarnya bahwa yang dikemukakannya
adalah benar. Dengan demikian, saling beradu argumentasi dalam penerapan model debate merupakan suatu
keharusan yang harus dilakukan seketika ia mengemukakan pendapatnya. Tidaklah
benar suatu kelompok mengatakan setuju misalnya, tetapi tidak ada argumentasi
alasan kenapa hal itu ia setuju, begitu juga sebaliknya.
a)
Langkah-langkah
1)
Guru membagi 2 kelompok peserta
debat yang satu pro dan yang lainnya kontra.
2)
Guru memberikan tugas untuk membaca
materi yang akan didebatkan oleh dua kelompok
di atas.
3)
Setelah membaca materi, guru
menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian
ditanggapi oleh kelompok kontra.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa
mengemukakan pendapatnya.
4)
Sementara peserta didik menyampaikan
gagasannya, guru menulis inti atau ide-ide dari setiap pembicaraan sampai
mendapat sejumlah ide yang diharapkan.
5)
Guru menambahkan konsep atau ide
yang belum terungkap.
6)
Dari data-data yang diungkapkan
tersebut, guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan atau rangkuman yang
mengacu pada topik yang ingin dicapai.
b)
Kebaikan
Pembelajaran dengn model debate baik digunakan bertujuan
untuk:
1)
Melatih siswa berpikir kritis.
2)
Melatih siswa untuk mengemukakan
pendapat secara baik dan benar.
3)
Mencari kebenaran atas topik yang
sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat.
4)
Melatih siswa untuk memahami alur berpikir
orang lainyang bersebrangan dengannya.
5)
Melatih untuk menumbuhkan ide atau
gagasan baru dari hasil kajian siswa.
c)
Kekurangan
1)
Bahan dari topik yang dibicarakan kurang lengkap.
2)
Perselisihan pendapat sering tidak
berkesudahan.
3)
Dalam berbicara didominasi oleh
beberapa orang saja.
4)
Tumbuhnya egois siswa.
5)
Sulit mengambil kesimpulan hasil
pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Strategi pembelajaran yang akan
dipilih digunakan oleh guru bertitik tolak dari tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan di awal. Agar diperoleh tahapan kegiatan pembelajaran yang berdaya
dan berhasil guna, maka guru harus mampu menentukan strategi pembelajaran apa
yang digunakan. Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah suatau rencana untuk
mencapai tujuan.
Strategi pembelajaran dapat
dikelompokkan berdasarkan komponen yang mendapat tekanan atau diutamakan dalam
program pengajaran. Dalam hal ini, dikenal tiga macam strategi yaitu strategi
pembelajaran yang berpusat pada pengajar, strategi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, dan strategi pembelajaran yang berpusat pada materi
pengajaran.
Sebuah strategi pembelajaran
dikatakan baik bila sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, dapat
dilaksanakan sesuai dengan kemampuan pengajar, sesuai dengan peserta didik,
serasi dengan besarnya kelompok, sesuai dengan waktu pelaksanaannya, dan
didukung oleh fasilitas atau media pendidikan yang tersedia.
KEPUSTAKAAN
Suyono dan Harianto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT.
REMAJA
Hamalik,
Oemar. 2012. Pendekatan baru strategi belajar mengajar berdasarkan CBSA.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rusman.
2012. Model-modelpembelajaran.Jakarta:
Raja Gravindo Persada.
Roestiyah. 2008. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Istrani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan:
Media Persada.
Merkur Merkur Safety Razor Review by ProX
BalasHapusMerkur Progress, also deccasino known as the Progress 2 is an adjustable safety razor, was founded in 바카라 1995, but with some changes and many design Rating: 5 · 메리트 카지노 쿠폰 5 reviews