Rabu, 08 April 2015

PENDEKATAN, METODE, STRATEGI, TEKNIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN


PENDEKATAN, METODE, STRATEGI, TEKNIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN


A. PENDEKATAN

1.      Pengertian Pendekatan Pembelajaran
      Menurut Suyono dan Harianto (2012:18) Pendekatan pembelajaran suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran.
      Menurut Istrani (2011:1) pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
      Menurut Sanjaya (2009:127) pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
       Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau suatu sudut pandang terhadap proses pembelajaran.

2. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran
   Variable utama dalam kegiatan pembelajaran adalah  guru dan siswa. Tidak akan terjadi proses pembelajaran apabila kedua varibel ini tidak ada berdasarkan hal tersebut. Maka pendekatan dalam pembelajaran secara umum dibagi dua, yaitu pendekatan yang berorientasi kepada guru dan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Killen, Roy dalam (Rusman 2012:381) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

1.Pendekatan pembelajaran berorientasi kepada guru (teacher centered approaches)

   Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pendekatan yang menempatkan siswa sebagai objek dalam bejara dan kegiatan belajar bersifat klasik. Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang satu-satunya sumber belajar. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru memiliki ciri bahwa manajemen dan pengelolaan pembelajaran ditentukan sepenuhnya oleh guru. Peran siswa pada pendekatan ini hanya melakukan sktivitas sesuai denganpetunjuk  guru. Siswa hampir tidak memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas sesuai minat dan keinginannya. Pada strategi peran guru sangat menentukan baik dalam pilihan isi atau materi pelajaran maupun penentuan proses pembelajaran.

2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approaches)
   Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar bersifat modern. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, manajemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan mengembangkan potensinya melalui aktivitas secara langsung sesuai denga minat dan keinginannya.
   Pada strategi ini peran guru lebih mendekatkan diri pada fasilitator, pembimbing sehingga kegiatan belajar siswa menjadi lebih terarah.

B.     METODE
1.      Pengertian Metode Pembelajaran
      Menurut Suyono dan Harianto (2012:19) metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan.
      Menurut Istrani (2012:1), metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.dengan demikian, bisa  terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode.
      Menurut Sanjaya, (2009:126) metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian  yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang diapaki untukmmencapai tujuan tertentu.
 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang taratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran. Pengertian seluruh perencanaan itu jika dikaitkan dengan konsep yang berkembang dewasa ini meliputi standar Kompetensi (SK), dasar Kompetensi (KD), indikator, tujuan pembelajaran, persiapan pembelajaran, kegiatan pembelajaranmulai dari kegiatan pembuka, kegiatan inti dan penutupnya, serta media pembelajaran, sumber pembelajaran terkait, sampai dengan penilaian pembelajaran.  Dekat dengan istilah metode pembelajaran adalah sintaks. Sintaks adalah urutan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan strategi dan metode yang dipilih. Istilah sintaks umum digunakan dalam ilmu bahasa.

2.      Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Berikut ini ada empat belas metode, metode tersebut adalah sebagai berikut.
a.          Metode langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung terdapat 5 fase yaitu demonstrasi, pembimbingan, pengecekan, dan pelatihan. Di dalam metode ini terdapat teknik dalam pembelajaran menulis, yaitu teknik gambar atau menulis langsung.

b.       Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Metode komunikatif dapat dilakukan dengan teknik menulis dialog. Siswa menulis dialog tentang yang mereka lakukan dalam sebuah aktivitas. Kegiatan ini dapat dilaksanakan perseorangan maupun kelompok.

c.       Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antar bidang studi. Antar bidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Metode inregratif dapat dilaksanakan dalam pembelajaran mambaca dengan memberi catatan bacaan. Siswa dapat membuat catatan yang diangap penting atau kalimat kunci sebuah bacaan. Dalam melakukan kegiatan membaca sekaligus siswa menulis.

d.      Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Hal yang perlu dipahami perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual. Tema yang telah ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
e.       Metode Konstruktivitas
Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar.

f.       Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun metode ini dapat diterapkan dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam situasi dunia nyata.

g.       Metode Kuantum
Kuantum adalah banyaknya (jumlah) sesuatau (KBBI, 1995). Dalam konteks pembelajaran bahasa, bermakna banyaknya faktor yang terlibat dalam pelajaran bahasa. Metode ini mengutamakan percepatan belajar dengan cara keikutsertaan peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri.
h.       Metode audio visual
       Mengajarkan bahasa dengan memanfaatkan alat-alat pandang dengar, seperti video kartu, tape rekorder,program televise, sehingga pengajaran menjadi lebih hidup  dan menarik.  Kecendrungan metode ini adalah menghasilkan peserta didik yang berkemampuan dalam berbahasa lisan.


i.        Metode intensif
      Metode mengajar yang digunakan untuk jumlah peserta didik yang terbatas sehingga pengulangan pengucapan kalimat yang lebih sering dan perbaikan ucapan dapat dilakukan segera. Metode ini menuntut kemampuan belajar  bahasa yang tinggi dengan motivasi yang tinggi pula.
C.    TEKNIK
1.       Pengertian Teknik Pembelajaran
                           Menurut Suyono dan Harianto (2012: 20) teknik pembelajaran adalah implementasi dari metode pembelajaran  yang secara nyata berlangsung di dalam kelas, tempat terjadinya proses pembelajaran. Teknik pembelajaran menerapkan berbagai kiat, atau taktik untuk memenuhi tujuan atau kompetensi yang diinginkan.
            Menurut Rostiyah dalam Istrani (2011: 2) teknik pembelajaran adalah  suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh instruktur.
      Menurut Sanjaya (2009:127), teknik pembelajaran merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.
      Jadi,berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran adalah kiat atau cara untuk memenuhi tujuan atau kompetensi yang diinginkan oleh pendidik dalam rangka mengimplementasikan metode yang telah dibuat.
2.      Jenis-jenis Teknik Pembelajaran
a.       Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan. Teknik ini diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan  lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
 Menurut Sanjaya (2009:147), Teknik ini banyak digunakan oleh guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru maupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas jika dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah.  Demikian juga dengan siswa, mereka  akan belajar jika ada guru yang akan memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan jika tidak ada guru berarti tidak ada proses belajar.
Kelebihan teknik ceramah menurut Sanjaya (2009:148) adalah sebagai berikut.
1.      Ceramah merupakan teknik yang murah dan mudah untuk dilakukan.
2.      Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
3.      Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
4.      Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur jadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan seting kelas yang beragam atau tidak memerlukan persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati  tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
Kelemahan teknik ceramah menurut Sanjaya (2009: 149) adalah sebagai berikut.
1.      Materi yang dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
2.      Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
3.      Melalui ceramah sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
b.         Teknik Tanya Jawab
Menurut Roestiyah (2008:129) guru melontarkan teknik  tanya jawab itu mempunyai tujuan, agar siswa dapat mengerti atau mengingat-ngingat tentang fakta yang dipelajari, didengar, ataupun dibaca, sehingga mereka memiliki pengertian yang mendalam tentang fakta itu. Diharapkan dengan tanya jawab itu mampu menjelaskan langkah-langkah berpikir atau proses yang ditempuh dalam memecahkan masalah;  sehingga jalan pikiran anak tidak meloncat-loncat; yang akan merugikan siswa sendiri dalam menangkap suatu masalah untuk dipecahkan. Dengan demikian,siswa menemukan pemecahan masalah dengan cepat dan tepat.
Dalam tanya jawab itu pula guru bermaksud meneliti kemampuan atau daya tangkap siswa untuk memahami bacaan. Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada guru.
Menurut Roestiyah (2008: 135) kelebihan teknik ini adalah karena siswa mendalami dan mendalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, maka pengetahuan itu akan tinggal lam dalam jiwanya. Selain itu,  siswa juga dapat mengembangkan daya berpikir sendiri, daya inisiatif, daya kreatif, dan melatih diri sendiri. Selain kelebihan, juga terdapat kekurangan dari teknik ini, yaitu siswa berkemungkinan hanya meniru jawaban temannya karena guru tidak mengawasi langsung pelaksanaan tugas itu. Selain itu, berkemungkinan juga orang lain yang mengerjakan tugas itu.
c.   Teknik Diskusi Kelompok
Teknik diskusi adalah teknik pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama teknik  ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan dan menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan Killen dalam Sanjaya (2009: 154). Karena diskusi bukanlah debat yang bersifat beradu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menetukan keputusan secara bersama-sama.
Kelebihan teknik diskusi menurut Sanjaya (2009:156).
1.      Teknik diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2.      Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3.      Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk mengahargai pendapat orang lain.
      Kelemahan teknik diskusi menurut Sanjaya (2009:156).
1.      Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi yang dikuasai oleh dua orang atau tiga orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2.      Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3.      Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4.      Dalam diskusi sering terjadi perbeedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu suasana pembelajaran.
Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
 d.   Teknik Pemberian Tugas
            Menurut Roestiyah (2008: 133) teknik pemberian tugas biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas; sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal itu terjadi disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa menjadi aktif belajar; dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab dengan diri sendiri.  Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa,hal itu diharapkan dapat menyadarkan siswa untuk memanfaatkan waktu senggang untuk hal-hal yang menunjang belajarnya.
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghafal puisi atau lagu.

e.    Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu, diharapkan siswa dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
Menurut Roestiyah (2008: 90) kadang-kadang banyak peristiwa psikologis atau sosial yang sukar bila dijelaskan dengan kata-kata belaka. Maka perlu siswa dipartisipasikan untuk berperan aktif dalam peristiwa sosial itu.
Mennurut Roestiyah (2008:93) dengan menggunakan teknik ini, siswa lebih tertarik perhatiannya pada pembelajaran karena masalah-masalah social sangat berguna bagi mereka. Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami masalah-masalah social itu.bagi siswa yang merasakan peranan seperti orag lain,maka ia dapat menempati diri sepertiwatak orang itu, ia dapat merasakan perasaan orang lain, sehingga menimbulkan sikap  saling pengertian, toleransi, tenggang rasa, cinta kasih terhadap sesama makluk hidup.
f.   Teknik Karya Wisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran atau tempat karya wisata lainnya.
Menurut Roestiyah (2008: 85)  teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut. Selain itu, kekurangan dari teknik ini adalah jika guru tidak memahami tujuan dan langkah-langkah pelaksanaan dalam metode ini, sehinggaakan mengacaukan situasi.
Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya; dapat turut menghayati tuga pekerjaan milik seseorang, seta dapat betanya jawab. Dengan demikian, siswa mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran. Siswa bisa melihat, medengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya,  agar nantinya dapat mengambil kesimpulan dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Menurut Roestiyah (2008:87), kelebihan teknik karya wisata ini adalah sebagai berikut.
1.      Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh petugas pada objek karya wisata itu.
2.      Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung; yang akan memperluas pengetahuan mereka.
3.      Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapinya, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya atau mencobakan tero itu ke dalam praktik.
4.      Dengan objek yang ditinjau siswa dapat meperoleh bermacam-macampengetahuan dan pengalaman.
D.       STRATEGI
1.         Pengertian strategi belajar
Menurut Istrani (2011:1) strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Menurut Suyono dan Harianto (2012:21), strategi pembelajaran adalah proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar dan penilaian agar pembelajaran lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan  pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Oemar Hamalik (2012), strategi pembelajaran adalah keseluruhan prosedur yang ditempuh oleh guru dan siswa yang memungkinkan atau memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
  Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang akan dipilih dan digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya pada akhir pembelajaran.

2.         Jenis Strategi Pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree dalam Sanjaya (2009: 128) mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian penemuan atau exposition-discoveri learning dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau group individual learning.
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen dalam (Sanjaya 2009:127) menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa : siswa tidak dituntut untuk mengolahnya.
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didisein oleh guru untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul atau belajar bahasa melalui kaset audio.
Berbeda dengan  strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau bisa juga bisa  dalam belajar kelompok yang kecil. Strategi kelompok tidak memerhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama.
Ditinjau dari cara penyajiannya dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajarn deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Strategi pembelajaran deduktif ialah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari ke simpulan dan ilustrasi-ilustrasi atau bahan pelajaran yang dimulai dari hal-hal yang umum menuju ke hal yang khusus. Sebaliknnya dengan strategi induktif pada strategi ini bahan yang dipelajari dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini  kerap dinamakan strategi pembelajaran umum ke khusus.

3.         MODEL
a.         Pengertian Model Pembelajaran
Menurut  Joy dan Weil  dalam Rusman (2012: 381), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk perencana jangka panjang, merangcang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Istrani (2011: 1) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembelajaran.
Jadi, dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar dari awal sampai akhir pembelajaran yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b.      Jenis-jenis Model Pembelajaran
      Berikut adalah empat model pembelajaran menurut Istrani (2011).
1.      Picture and picture
Picture and picture merupakan suatu rangkaian penyampaikan materi ajar dengan menunjukkan gambar-gambar konkret kepada siswa sehingga siswa dapat memahami secara jelas tentang makna hakiki dari materi ajar yang disampaikan kepadanya. Jadi, bahan utama dari penggunaan model picture and picture adalah gambar-gambar  yang menyangkut materi pembelajaran. tanpa ada gambar, tidak mungkin bisa dilakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini.
a)         Langkah-langkah
1)      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)      Menyampaikan materi sebagai pengantar.
3)      Guru menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian untuk memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
4)       Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
5)      Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanam konsep/ materi sesuai dengan kompotensi yang ingin dicapai.
6)      Kesimpulan.
b)         Kelebihan
1)      Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.
2)      Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru manunjukkan gambar-gambar dari materi yang ada.
3)      Dapat meningkatkan daya nalar siswa sebab ia disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.
4)      Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab guru mempertanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
5)      Pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat secara langsung mengamati gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
c)         Kekurangan
1)      Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus atau berkualitas.
2)      Sulit menemukan gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang telah dimilikinya.
3)      Baik guru maupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utamanya dalam membahas suatu materi pembelajaran.
4)      Tidak tersedianya dana harus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.

2.         Examples non examples
Model pembelajaran examples non examples, yaitu suatu rangkaian penyampaikan materi ajar kepada siswa dengan menunjukkan gambar-gambar yang relevan yang telah dipersiapkan dan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisisnya bersama teman dalam kelompok yang kemudian dimintai hasil diskusi yang dilakukannya. Jadi, model pembelajaran ini berangkat dari data dokumentasi yang kemudian dikembangkan menjadi suatu kajian materi ajar yang menarik untuk dikaji dan diteliti sehingga diperbolehkan suatu pengetahuan sangat berguna yang sebelumnya tidak diketahui.
Dengan demikian, yang memandu guru dalam penyampaikan materi ajar kepada siswa adalah gambar-gambar. Segala jenis-jenis dan bentuk uraian yang dilakukan guru berangkat dari gambar yang ada.
a)      Langkah-langkah
1)      Guru dapat menyiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2)      Guru menempelkan gambar di papan atau data yang akan dipelajari melalui OHP.
3)      Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan atau menganalisis gambar.
4)      Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik hasildiskusi  dan analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.
5)      Tiap kelompok diberi  kesempatan membaca hasil diskusinya.
6)      Mulai dari komentar atau hasil diskusi peserta didik guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7)      Kesimpulan.

b)   Kelebihan
1)   Pembelajaran lebih menarik sebab gambar dapat meningkatkan perhatian anak untuk mengikuti proses belajar mengajar.
2)   Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar dari media yang ada.
3)   Dapat meningkatkan daya nalar atau piker siswa sebab disuruh guru untuk menganalisis gambar yang ada.
4)   Dapat meningkatkan kerja sama antara siswa.
5)   Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa sebab guru mempertanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
6)   Pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat secara langsung mengamati gambar yang telah dipersiapkan.

c)      Kekurangan
1)      Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus atau berkualitas.
2)      Sulit menemukan gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi yang dimiliki siswa.
3)      Baik guru maupun  siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utamanya dalam membahas suatu materi pembelajaran.
4)      Waktu yang tersedia adakalanya kurang efektif sebab sering kali dalam diskusi membutuhkan waktu yang relatif lama.
5)      Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mangadakan gambar-gambar yang diinginkan.
3.         Cooperative script
Model belajar dimana siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengiktisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Jadi, model pembelajaran ini merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan ide-ide baru ke dalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam materi yang ada secara bergantian sesama pasangannya masing-masing.
a)         Langkah-langkah
1)      Guru membagi peserta didik untuk berpasangan.
2)      Guru membagikan wacana atau materi untuk dibaca dan dibuat ringkasannya
3)      Guru dan peserta didikmenetapkan siapa yang pertama  berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4)      Pembicara membacakan ringkasannya  selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya .
Peserta didik lain:
1)      Menyimak ide-ide pokok yang kurang lengkap.
2)      Membantu mengingat  ide-ide pokok dengan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
3)      Bertukar peran, semula sebagai pembiacara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
4)      Kesimpulan peserta didik bersama-sama dengan guru.
5)      Penutup.
b)         Kelebihan
1)      Mengajarkan siswa menjadi percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa lain.
2)      Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan temannya.
3)      Suatu strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prsetasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan yang lain  dan sikap yang positif.
4)      Banyak menyediakan kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban.
5)      Suatu strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan orang lain seperti pemecahan masalah.
6)      Interaksi yang terjadi selama cooperatif script membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.
7)      Dapat memberikan kesempatan pada para siswa belajar keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.
8)      Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan diskusi.
9)      Memudahkan siswa melakukan interaksi sosial.
10)  Mengahargai pendapat orang lain.
11)  Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

c)         Kekurangan
1)      Beberapa siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide, takut dinilai temannya dalam grup.
2)      Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan harmonis.
3)      Penilaian terhadapmurid sebagai individu menjadi sulit karena tersembunyi di belakang kelompok.
4.         Artikulasi
Artikulasi berarti menggali kembali materi yang telah dijelaskan oleh guru sebelumnya.oleh karena itu, dua orang siswa mengulangi kembali apa yang dijelaskan guru secara pergantian. Yang satu jadi pendengar dan mencatat yang dikatakan temannya, sementara yang satu lagi menerangkan keterangan guru yang ia simak pada waktu guru menjelaskan pelajarannya tadi, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, penekanan utama dari model pembelajaran srtikulasi ini adalah mengulang kembali makna pembelajaran yang disampaikan pada siswa oleh siswa itu sendiri.
a)         Langkah
1)      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)      Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3)      Untuk mengetahui daya serap peserta didik, dibentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4)      Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil mebuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5)      Menugaskan peserta didik secara bergiliran atau diacak menyampaikan penjelasan teman pasangannya. Sampai sebagian peserta didik menyampaikan penjelasannya.
6)      Guru mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik.
7)      Kesimpulan.
b)         Kelebihan
1)      Dapat meningkatkan ekspresi siswa dalam menyajikan materi pelajaran karena ia mengulangi dari apa yang dikatakan guru.
2)      Dapat lebih mempertajam daya ingat siswa tentang pelajaran tersebut.
3)      Dapat menyalurkan aspirasi siswa ketika menerangkan kembali materi yang diajarkan oleh guru kepadanya.
4)      Melibatkan siswa secara langsung dalam mengggali materi ajar yang telah  disampaikan guru.
c)         Kekurangan
1)      Sulit pantau apakah siswa mengulangi yang dijelaskan sebelumnya sesuai dengan yang diinginkan.
2)      Pembelajaran menjadi gaduh, karena banyak peserta yang berbicara sekaligus.
3)      Bagi siswa pendiam, sulit ranya mengikuti model pembelajaran seperti ini
5.         Debate
Pembelajaran denganmodel debate diawali dari pembentukan pembentukan dua kelompok yang pro dan kontra. Kedua kelompok ini saling beradu argumentasi dalam rangkamengemukakan pendapatnya sebagai tanda atau bukti untuk membuktikan atau meyakinkan siswa lawan belajarnya bahwa yang dikemukakannya adalah benar. Dengan demikian, saling beradu argumentasi dalam  penerapan model debate merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan seketika ia mengemukakan pendapatnya. Tidaklah benar suatu kelompok mengatakan setuju misalnya, tetapi tidak ada argumentasi alasan kenapa hal itu ia setuju, begitu juga sebaliknya.
a)         Langkah-langkah
1)      Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra.
2)      Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh dua kelompok  di atas.
3)      Setelah membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya.
4)      Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis inti atau ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapat sejumlah ide yang diharapkan.
5)      Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap.
6)      Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

b)         Kebaikan
Pembelajaran dengn model debate baik digunakan bertujuan untuk:
1)      Melatih siswa berpikir kritis.
2)      Melatih siswa untuk mengemukakan pendapat secara baik dan benar.
3)      Mencari kebenaran atas topik yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat.
4)      Melatih siswa untuk memahami alur berpikir orang lainyang bersebrangan dengannya.
5)      Melatih untuk menumbuhkan ide atau gagasan baru dari hasil kajian siswa.
c)         Kekurangan
1)      Bahan dari  topik yang dibicarakan kurang lengkap.
2)      Perselisihan pendapat sering tidak berkesudahan.
3)      Dalam berbicara didominasi oleh beberapa orang saja.
4)      Tumbuhnya egois siswa.
5)      Sulit mengambil kesimpulan hasil pembelajaran.


BAB III
     PENUTUP
Kesimpulan
Strategi pembelajaran yang akan dipilih digunakan oleh guru bertitik tolak dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di awal. Agar diperoleh tahapan kegiatan pembelajaran yang berdaya dan berhasil guna, maka guru harus mampu menentukan strategi pembelajaran apa yang digunakan. Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah suatau rencana untuk mencapai tujuan.
Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan berdasarkan komponen yang mendapat tekanan atau diutamakan dalam program pengajaran. Dalam hal ini, dikenal tiga macam strategi yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar, strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran.
Sebuah strategi pembelajaran dikatakan baik bila sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan pengajar, sesuai dengan peserta didik, serasi dengan besarnya kelompok, sesuai dengan waktu pelaksanaannya, dan didukung oleh fasilitas atau media pendidikan yang tersedia.





KEPUSTAKAAN

Suyono dan Harianto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. REMAJA      
Hamalik, Oemar. 2012. Pendekatan baru strategi belajar mengajar berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rusman. 2012. Model-modelpembelajaran.Jakarta: Raja Gravindo Persada.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Istrani. 2011.  58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.






1 komentar:

  1. Merkur Merkur Safety Razor Review by ProX
    Merkur Progress, also deccasino known as the Progress 2 is an adjustable safety razor, was founded in 바카라 1995, but with some changes and many design  Rating: 5 · 메리트 카지노 쿠폰 ‎5 reviews

    BalasHapus